Monster High by Lisi Harrison

First Line of Monster High

Bulu mata tebal Frankie Stein mengerjap.

Sececap Monster High

Frankie Stein bukanlah cewek biasa. Ia tidak dilahirkan, tapi dibuat oleh papanya. Kulitnya bukan putih, atau hitam, atau kuning, atau cokelat, tapi hijau. Ia juga tidak butuh makan, atau setidaknya, ia makan makanan pada umumnya untuk membaur dengan tetangga manusianya. Dan ketika senang pastikan kalian tidak menyentuhnya karena kalian bisa tersetrum!!

Seumur hidupnya, yang belum terlalu lama sebenarnya, Frankie sudah menunggu-nunggu kapan kedua orangtua mengizinkannya keluar rumah. Dunianya hanya sebatas kamarnya yang sekaligus ruang kerja papanya. Jadi ketika kedua orangtuanya hendak memasukkannya ke sekolah, yang berarti jalan ke dunia luar, dia senang bukan kepalang.


Tapi Frankie agak tidak setuju dengan saran dan petunjuk yang diberikan oleh kedua orangtuanya. Kenapa harus menyembunyikan semua bekas jahitan pada tubuhnya segala? Bukankah manusia, seperti yang dibatjanya di banyak media, adalah makhluk yang baik? Yang memberi saran agar kita menyayangi diri kita apa adanya? Dan bukankah menutupi diri kita yang sebenarnya sama halnya dengan kita tidak bangga dengan diri kita sendiri?

Juga soal kulitnya yang hijau. Menurut Frankie, apa yang salah dengan itu? Bukankah manusia suka sekali dengan apa-apa yang Go Green?

Frankie tidak mengerti kenapa kedua orangtuanya begitu cemas dengan penampilannya.

Namun, ternyata dunia luar tidak seperti yang dibayangkan Frankie. Manusia yang menawarkan “Terimalah dirimu apa adanya” dan menjunjung jargon “Go Green”, tidak menerimanya apa adanya, menjulukinya monster, dan berniat membunuhnya!

Citarasa Monster High

Monster High memiliki awal dan ide yang geledek (?) banget! Belum-belum adegan awalnya langsung menyuguhkan adegan “pembuatan” anak manusia, yang tak lain dan tak bukaadalah Frankie Stein. Terdengar seperti Frankenstein? Memang. Karenenulis sendiri memasukkan monster-monster di bukunya ini.

Meski tentu saja, Frankenstein bukanlah nama monster bila mengacu ke karya originalnya Mary Shelley. Frankenstein merupakan nama seseorang yang menciptakan sosok kuat yang digambarkan memiliki kekuatan dan penampilan mengerikan bak monster itu. Sosok itu tak pernah memiliki nama.

Kembali ke Monster High.

Fokus buku ini sebenarnya terpetjah jadi dua Pov: PoV Frankie dan PoV Melody. Melody bukan monster, dia manusia yang datang dari keluarga sempurna. Ayah dan ibunya, sama-sama rupawan dan pintar dan sukses. Kakaknya, sama rupawannya dengan kedua orangtuanya, cukup pintar juga, dan populer. Sementara Melody, yah ... Dia seperti anomali. Dia terlahir ... Tidak rupawan. Dia cukup pintar, mungkin lebih pintar dikit dibanding kakak ceweknya, tapi yang benar-benar dibanggakannya adalah suara emasnya. Satu-satunya hal yang tidak dimiliki ayah, ibu, dan kakaknya.

Hingga sebuah penyakit merenggut kebanggaannya.

Demi kesehatan Melody, dan memberi suasana baru padanya, keluarganya (atau tepatnya kecuali Candace, kakak Melody) mengorbankan kehidupan mereka yang nyaman di kota besar untuk pindah ke Salem, Oregon. Tempat di mana nantinya Melody bertemu dengan Frankie.

Frankie dan Melody sama-sama murid baru di Merston High. Semenjak kejadian kemuntjulan perdananya di masyarakat tanpa riasan sama sekali, Frankie berusaha tampak sederhana dan tidak menarik perhatian. Sementara Melody ... Ia jadi populer. Meski terlahir jelek, dan kecewa berat karena kehilangan hal yang dibanggakannya, orangtua Melody berusaha membuatnya bahagia. Salah satunya adalah dengan memperbaiki penampilannya. Dan ia pun tidak akan pernah mendapat ejekan sebagai si jelek lagi.

Tapi jauh di dalam hati, yang tak pernah diungkapkan pada kedua orangtua yang baik hati, Melody tidak butuh jadi cantik. Ia hanya ingin suara emasnya kembali. Lagipula, teman macam apa yang berteman dengan seseorang hanya karena penampilannya saja?

Sampai sejauh ini bagus.

Namun kemudian, kedua karakter utama perkembangan sifatnya jadi agak ... Sedikit bikin jengkel. Permasalahannya pun jadi mengerucut ke cinta-cintaan. Monster-monster dari legenda dan karya-karya klasik yang bermuntjulan sepanjang buku jadi tak begitu menarik lagi.

Sebenarnya nggak jelek sik, apalagi pemasukan para monsternya terasa pas dan tanpa paksaan, misteri cowok sebelah rumah (?) juga dipoles dengan baik, tapi ... mungkin karena ekspektasi yang tercipta saat batja bab-bab awal yang geledek banget, yang bawa-bawa hal-hal yang nyerempet kemanusiaan, aku mengharapkan ceritanya lebih dari itu. Atau fokusnya ke pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Frankie.

Jadi, yah, begitulah. Bagiku, Monster High ini cukup bagus. Tapi tidak sebagus yang kuharapkan.

Oh ya, hampir kelupaan. Saat pertama kali memilih buku ini sebagai hadiah (buku ini merupakan hadiah GA dari kak Lina @ Lady Story-Telling), aku sama sekali tak mentjari tahu soal apa buku ini. Hanya mengandalkan judulnya dan mereka-reka apa isinya. Aku bisa dibilang jarang juga batja sinopsis yang dicetak di punggung buku. Jadi saat menemukan bahwa buku ini ternyata berseri, aku terkejut. Jauh lebih terkejut ketika mendapati endingnya yang menggantung!

Aku mengira buku, awalnya, ini buku stand-alone.

Mengingat buku ini, katanya, akan diadaptasi ke layar lebar, mungkinkah nantinya sekuelnya bakal diterjemahkan?

Monster High
Penulis: Lisi Harrison
Penerbit: Mizan Fantasi
Tahun terbit: 2011
Tebal: 304 halaman
Seri: Monster High #1
Genre: Fantasi - Retelling Fairy Tales and Myte and Classic Story - Romance - Interpersonal Fiction - Family Fiction
Score: Sugar-Free!
Target: Teen (13 tahun ke atas!)

Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::

Kategori: Girl Power!

https://perpuskecil.wordpress.com/2015/01/15/lucky-no-15-reading-challenge/
Kategori: Freebies Time

|

P.S: Di buku ini bertebaran kata "geledek" yang kurang lebih berarti "keren pakai dewa!" Jadi penasaran, di bahasa aslinya, apa ya geledek itu? Lightning?

0 comments:

Posting Komentar

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!