I Was Rat by Philip Pullman

Kalimat pertama I Was Rat

Ya—resmi sudah!

Sececap I Was Ras

Semua orang ketakutan setengah mati pada sosok itu. Sosok tikus besar menakutkan yang tinggal di gorong-gorong. Nyaris tidak ada yang berani keluar rumah. Para orangtua melarang anak-anaknya pergi ke sekolah. Bahkan setelah monster itu ditangkap dan dikurung di fasilitas terbaik dalam mencegah seseorang atau sesuatu untuk kabur!

Semua kegemparan itu dimulai oleh seorang botjah lelaki yang mengaku, dengan nada lugu dan kesungguhan yang tak bisa diragukan, bahwa dulunya dia tikus.


Citarasa I Was Rat

Untuk sebuah buku yang didapat setelah penantian panjang yang rasanya tak kunjung berakhir (I knew, I knew, itu le to the bay pakai dewa), penantian itu terbayar tuntas. I Was Rat memang sebagus yang aku harapkan. Ekspektasi tinggiku pada buku yang langka ini terbayar lunas.

I Was Rat diawali dengan gambar potongan surat kabar—yang dapat dibatja dengan jelas karena merupakan bagian dari cerita. Dan gambar itu bukan satu-satunya. Sepanjang buku kita akan disuguhi potongan koran yang memuat 'berita terkini', yang sedang happening di semesta si botjah yang mengaku tikus.

Media sangat berperan penting di buku ini. Saking pentingnya, ia mempengaruhi kehidupan si botjah tikus!

Sebelum melanjutkan, aku punya satu pertanyaan pada kalian, apakah kalian pertjaya bahwa anak lelaki ini dulunya tikus? 

Kalau kalian tidak pertjaya, atau menebak ia ini seperti Tarzan yang dibesarkan gorilla, atau tokoh lain yang dibesarkan sosok binatang lain, tenang saja, kalian bukan satu-satunya. Sebab tidak ada satu pun yang pertjaya dengan utjapan si botjah, kecuali satu orang! Bukan, bukan karena yang tidak percaya itu jahat. Ada yang baik kok. Malahan, saking baiknya, dua orang ini mau merawat si bocah yang mengaku tikus ini, bahkan mereka juga memberi si bocah tikus itu nama: Roger.

Aku sampai terharu dengan sikap mereka. Maksudku, botjah ini tiba-tiba datang dan mengetuk rumah mereka. Ia juga bertingkah layaknya tikus dengan menggigiti berbagai matjam benda. Makan makanan yang aneh pula, karena seingat Roger, saat ia dulu jadi tikus ia makan apapun yang ditemukannya. Mereka heran, mereka terkejut dan terkesima, mereka marah karena barang-barang mereka rusak (hal yang lumrah sekali). Namun, kedua orang ini, menerimanya apa adanya, sebab Roger memang pantas disayangi. Ia mungkin dulunya tikus, ia mungkin baru beberapa jam jadi anak laki-laki, mereka mungkin tidak pertjaya sama sekali apa saja yang diotjehkan si botjah, tapi mereka sangat yakin ia berhati baik.

Hnn ... Sebenarnya aku ingin bercerita banyak, tapi cerita di dalam buku ini sangat sederhana. Bermula dari ketukan, kemudian kabar buruk, kemudian penculikan secara halus (?), lalu ekspoitasi anak, dan seterusnya, dan sebagainya. Aku takut bila menceritakan semuanya malah jadi merusak mood batja kalian. Aku ingin buku ini dibatja oleh banyak orang!!

Gramedia, cetak ulang lagi buku ini, please!

Secara keseluruhan, I Was Rat buku yang keren pakai dewa! Cukup mengejutkan bahwa buku ini memuat tema kemanusiaan di ceritanya yang sungguh sederhana, dan mengundang tawa. Kalau mau membandingkannya dengan buku Philip Pullman yang lain yang sudah kubatja, The Golden Compass, jujur aku lebih suka dengan I Was Rat ini.

Apa, kenapa ada judul di dalam kurung? Nah, karena di buku ini memang ada sepatu merah. Dan sepatu itu tjukup menentukan kisah si Roger si botjah yang dulunya tikus ini. Walaupun sejujurnya, judul I Was Rat saja sudah cukup. Atau mungkin judul Or The Scarlet Slippers digunakan sebagai petunjuk bahwa kisahnya ini terinspirasi dari salah satu dongeng paling terkenal di dunia?

I Was Rat (or the Scarlet Slippers)
Dulu Aku Tikus (atau Sepatu Merah)
Penulis: Philip Pullman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2007
Tebal: 256 halaman
Genre: Fantasi - retelling fairy tales - Children Literature
Score: Delicious!
Target: Children (8 tahun ke atas!)

Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
|

https://perpuskecil.wordpress.com/2015/01/15/lucky-no-15-reading-challenge/
kategori: Bargain all the way

0 comments:

Posting Komentar

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!