Animal Farm by George Orwell

Gigitan pertama Animal Farm

Pak Jones, pemilik Peternakan Manor, sudah mengunci kandang-kandang ayam untuk malam itu, tetapi karena mabuk berat, ia lupa menutup lubang-lubang masuk-keluar ayam.

Sececap Animal Farm

Pernah membayangkan binatang memberontak pada manusia? Bagaimana bila hal itu terjadi? Aneh, tidak masuk akal, ajaib? Tapi itulah yang terjadi di Peternakan Manor. Para binatang di sana, dengan dipimpin oleh dua babi cerdas, Snowball dan Napoleon, berhasil mengusir manusia pemilik peternakan tersebut dan menyatakan diri sebagai para binatang yang merdeka!


Pada awalnya semua berjalan lantjar. Para binatang mengubah nama peternakan menjadi Peternakan Binatang. Tujuh aturan, yang semuanya menguntungkan binatang dan merugikan untuk manusia, ditetapkan. Tak ada binatang yang ditindas oleh manusia. Mereka bekerja untuk dirinya sendiri dan hasilnya untuk dirinya sendiri. Berbagai rentjana dan program dibuat untuk semakin mensejahterakan semua binatang. Mereka juga selalu berhasil mengusir para manusia yang berusaha merebut kembali peternakan. Hingga suatu hari, terjadilah pengusiran dan pembantaian yang brutal.

Semua kaget, semua terpana. Juga takut. Dalam tujuh aturan yang dulu ditetapkan bersama, ada aturan yang mana berbunyi sesama binatang tidak boleh saling membunuh! Tapi lantas kenapa sekarang aturan itu berubah?

Dualitas kepemimpinan hari itu berakhir. Pihak yang terusir dijadikan kambing hitam. Yang pintar memilih cuek dan membiarkannya. Yang penasaran dan lugu meragukan ingatan mereka. Yang dari awal hanya ikut-ikutan tidak berbuat apa-apa selain menerima.

Pada akhirnya, tujuh aturan yang dibuat kandas, digantikan oleh satu aturan.

Citarasa Animal Farm

Aku tahu Animal Farm ini salah satu maharkarya George Orwell. Dan aku juga tahu, bahkan sebelum aku membatjanya, aku akan menyukainya. Sama seperti aku menyukai 1984.

Malahan, aku justru lebih jatuh hati pada Animal Farm ketimbang 1984.

Mungkin karena Animal Farm lebih ringan dibanding 1984? Atau mungkin juga karena Animal Farm tidak sekelam 1984? Atau bisa juga karena Animal Farm ... Ah, kenapa hal itu memerlukan alasan? Pokoknya aku suka. Titik. #apadeh #ditimpukTheGolemandTheJinni :v

Cover versi terbitan Bentang Pustaka ini bisa dibilang keren pakai dewa. Atau setidaknya menurutku itu keren pakai dewa: gambar dua dimensi yang jelas menggambarkan muka babi, dengan latar belakang merah muda. Simple tapi ngena. Tak banyak atribut tapi telah menggambarkan dengan baik seperti apa wajah (dan watak) salah satu tokoh terkuatnya. Juga memberi kesan lutju dan oenjoe serta bikin gemas seperti sedang mengatakan, “Adopsi aku dong”, sekaligus seram dengan tatapan mautnya yang mengundang ucapan, “Biasa aja kali mandangnya!”

Seperti yang kita tahu, Animal Farm disebut-sebut sebagai karya alegori drama politik di negara yang kini telah tiada, alias telah terpecah. Siapa itu Snowball, siapa itu Napoleon, siapa itu Boxer dan Clover, siapa itu si tua Major, Peternakan Manor ini menggambarkan negara mana, negara-negara apa yang diintrepretasikan oleh dua peternakan yang mengapit peternakan tersebut, dan seterusnya. Namun bila kita kesampingkan hal itu, atau hanya memandangnya sebagai sebuah karya fantasy dystopia, kita akan mendapati tokoh-tokoh yang karakterisinya masing-masing sangat kuat. Dan uniknya, mereka bertingkah seperti hewan, tidak dibikin seperti manusia.

Pas awal-awal setelah pemberontakan, sebenarnya lutju juga 'menyaksikan' para binatang saling bantu, melakukan penyesuaian. Para sapi merasa diri mereka 'penuh' karena tak ada manusia yang biasa memerah susu mereka. Jadilah para hewan bahu-membahu mengatasi masalah itu. Yang sangat membantu sekali itu Snowball. Malahan, aku rasa, dia itu yang paling pintar di antara semua binatang di peternakan itu.

Sayang, dia tidak pintar dalam membatja situasi.

Karakter favoritku tentu adalah Snowball. Dan Clover. Snowball sangat membentji manusia dan sangat ... Apa ya sebutannya? Ah ya, idealis. Dia ingin semua binatang merdeka, dia ingin binatang bekerja hanya untuk diri mereka sendiri, dan dia bermimpi suatu hari nanti binatang ... Katakanlah, diakui sebagai makhluk hidup yang setara dengan manusia.

Sementara Clover, dia kuda betina omong-omong, dia termasuk pintar. Tapi dia punya masalah dalam hal belajar sehingga dia tak pernah benar-benar bisa membatja. Dia termasuk yang bisa 'mengendus' ada yang tidak beres. Tapi karena kurangnya pendidikan, dan pertjaya sekali pada peraturan, dia tak pernah benar-benar memiliki basis untuk perlawanan.

Ketika membatja Animal Farm ini, hidungku (?) Mengendus adanya aroma 1984. Dan mengingat buku ini terbit terlebih dahulu, buku ini tampaknya yang menumbuhkan ide dasar yang membentuk cerita dystopia terkuat sepanjang masa di 1984. Ceritanya memang tidak mirip-mirip amat, tapi jenis endingnya nyaris sama. Juga sama-sama bikin terkejut karena aku tidak menyangka akan terjadi seperti itu.

Plotnya mengalir mulus. Dan karena ini cerita yang super absurd, aku tak peduli ada atau tidaknya dengan plotholes. Meski itu juga tak diperlukan sebab buku ini mempunyai apa yang dimiliki sebuah buku yang sempuna. Sebuah mahakarya.

Aku juga mengagumi kejeniusan George Orwell untuk pemilihan bentuk binatang para tokohnya. Maksudku gini, masih ingat dengan susu yang tumpeh-tumpeh (?) yang aku ceritakan tadi? Tentu setelah diperah, susu itu ditampung di suatu wadah. Satu pertanyaan yang akan membantuku memperjelas maksudku, “Apakah semua minum susu?” Tentu tidak. Dari hewan-hewan itu tentu ada yang menghindari produk hewan. Pemilihan babi itu sangat pas, setjara babi adalah binatang pemakan segala, bahkan, katanya, babi dapat memakan kotorannya sendiri.

Setjara keseluruhan, Animal Farm adalah buku yang wajib batja. Dan mengingat bukunya tipis, masa sih kalian mau melewatkan karya yang keren pakai dewa ini?

Oh, satu hal lagi. Mungkin cerita ini absurd, bahkan mungkin di luaran sana ketika diberitahu mengenai cerita ini akan berkata, “Hello, mana ada binatang seperti itu?” Tapi coba dipikirkan lagi, “Memang apa sih yang membedakan manusia dan binatang?” Dan bila berbeda, lantas kenapa manusia sering menyebut satu sama lain dengan sebutan binatang?

Animal Farm
Penulis: George Orwell
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun terbit: 2015
Tebal: iv + 144 halaman
Genre: Fantasi - Fabel - Dystopia - Allegori
Score: Delicious!
Target: Young Adult (15 tahun ke atas!)

Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
|

0 comments:

Posting Komentar

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!