Prodigy by Marie Lu

Prodigy

Penulis: Marie Lu
Penerbit: G. P. Putnam's Sons
Tahun terbit: 2013
Tebal: 292 halaman
Seri: Legend #2
Genre: Action - Romance - Fantasi - Fiksi ilmiah - Fiksi Militer - Dystopia
Stew score: Sweet!
Target: Teen (14 tahun ke atas!)

Sececap Prodigy

Setelah insiden pelarian di Battala Hall, kaki Day terluka sangat parah. June yang ketahuan menolong Day, kriminal paling dicari oleh negara tercintanya, tentu saja dicap pengkhianat negara dan tak bisa membawa Day ke rumah sakit kalau mereka tidak mau kehilangan kebebasan.

Satu-satunya harapan mereka adalah menuju ke Las Vegas dan bergabung bersama Patriot, grup pemberontak yang bergerak diam-diam.

Tidak ada yang gratis di dunia ini. Begitu pula dengan Patriot. Tidak, bukan, Patriot tidak menarik iuran masuk untuk para anggota baru. Mereka hanya membantu urusan pribadi para anggotanya bila mendapatkan bayaran setimpal. Seperti Day yang meminta bantuan Patriot untuk membebaskan adiknya, Eden, dari sekapan Republic yang menggunakan adik bungsunya tersebut sebagai benda eksperimen.

Day yang tidak punya uang, dan June yang memilih meninggalkan kehidupan mewahnya untuk bersama Day, tentu tidak bisa membayar mereka. Jadi mereka membayar Patriot dengan jasa.

Sebuah jasa untuk membunuh sang Elector Primo, pemimpin tertinggi Republic!


Citarasa Prodigy

Prodigy jelas lebih bagus ketimbang Legend. Walau mereka masih memiliki masalah yang sama: rasa dystopianya kurang kuat. Kurang ekstrim. Walau ada patroli atau militernya dibilang kuat, media massa dikontrol dan disensor oleh pemerintah sebelum dipublikasikan, tapi mereka kesulitan dalam membendung demo masyarakat yang terjadi di mana-mana.

Atau mungkin karena timelinenya yang berada di pinggir revolusi, sehingga rasanya tidak sekuat novel-novel dystopia beken lainnya?

Atau mungkin karena nama negaranya Republic, sehingga demo itu, yang merupakan ciri khas negara republik, memang seharusnya ada? Tapi bila benar Republic itu negara republik, lantas kenapa pemimpin tertingginya berasal dari keturunan pemimpin sebelumnya, seperti negara-negara kerajaan?

Dystopia yang tidak terasa kuat ini, menurutku, dikarenakan penulis lebih sering membahas kehidupan Day dan June. Kehidupan tokoh lain hanya dibahas sepintas lalu dan itu masih belum cukup untuk membantu memperkuat.

Tapi dibanding prekuelnya, rancang bangun dunia di Prodigy ini jauh lebih bagus. Rancang bangun yang kali ini sangat menyumbang rasa dystopianya. Dugaanku pada Legend, mengenai pembagian Amerika jadi dua wilayah, bahwa idenya didapat dari dua negara Korea, dan Republic adalah Korea Utara aku rasa tidak salah. Republic menutup diri dari dunia luar dan tak menerima kunjungan asing.

Hal yang aneh seandainya dihubungkan dengan kedaulatan.

Juga, sayangnya, aku tampaknya melewatkan dari mana orang-orang Republic mendapatkan pasokan makanannya.

Meski usia kedua tokoh utama masih sulit kupercaya, juga statusnya sebagai legend dan prodigy, Prodigy setidaknya mengurangi sedikit rasa tidak percayaku. Ini berkat penjelasan soal The Trial yang memungkinkan hal itu. Bagian June yang prodigy tapi, legend-nya Day belum.

Secara keseluruhan, Prodigy itu agak-agak... Gimana ya? Bagus tapi masih ada yang kurang. Dan masih sama seperti Prekuelnya, nyaris semua adegannya mudah kutebak. Adegan yang paling aku suka itu ketika June dan Day saling debat soal Anden, sang Elector muda, yang dalam rencananya akan dibunuh. Lewat "penampakan" Colonies yang berbanding 180 derajat dari Republik. Penampakan sekilas yang bikin aku penasaran setengah mati pada sistem negaranya, dan kenapa memilih nama Colonies, dan kenapa mata uangnya namanya sama dengan yang dimiliki Republic. Beberapa adegannya ada yang konyol, seperti sakitnya June, ketika hal itu terjadi secara tiba-tiba, di benakku hanya ada satu kata yang terlintas, "Heh?" Dan ada adegan yang kubenci, mimpi-mimpi Day yang sangat tidak penting. Bukannya bikin aku iba seperti apa yang dialaminya di Legend, di sini lewat mimpinya, aku malah jadi ilfeel dengannnya.

Tapi tak apa. Bukan masalah besar. Untungnya.

Dengan aku sanggup bertahan menyelesaikan novel ini, tanpa skip, itu artinya cerita di Prodigy ini cukup menghiburku. Dan membuatku penasaran.

Walau Prodigy diakhiri dengan kekonyolan lagi, hal itu tak menyurutkanku untuk membaca sekuelnya yang dalam versi sampul aslinya sangat keren banget dan wajib dikoleksi.

Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
| | read big

0 comments:

Posting Komentar

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!