Shatter Me by Tahereh Mafi

Shatter Me

Penulis: Tahereh Mafi
Penerbit: Allen and Unwin
Tahun terbit: 2011
Tebal: 336 halaman
Seri: Shatter Me #1
Genre: Fantasi - Romance - Dystopia - Fiksi Ilmiah
Stew score: Bitter!
Target: Young - Adult (16 tahun ke atas!)
PERHATIAN: Ekstrak Sop Iler!

Sececap Shatter Me

Namaku Juliette dan demi kebaikanku, keluargaku, dan orang-orang di sekitarku, selama bertahun-tahun aku, dikurung di sebuah rumah sakit jiwa walau aku tidak gila

Sentuhanku dapat membunuh seseorang!

Aku sudah terbiasa sendiri. Berkawankan dengan angka-angka dalam benakku. Namun suatu hari, mereka, orang-orang yang mengurungku, memberiku seorang teman. Teman satu sel. Sel sempit didiami oleh dua orang dan dia... seorang cowok!


Pada awalnya aku mengira dia bagian dari mereka. Dikirim kemari untuk membunuhku. Sebab dia sama sepertiku, tidak gila sama sekali. Atau mungkin dia gila, dan karena kami sama-sama gila, aku melihat tiada perbedaan diantara kami Tapi ternyata tidak. Dia dikurung di situ karena dia... aku tidak tahu. Aku tak mau tahu Aku akan mencari tahu.

Nama cowok itu Adam. Dan yang lebih mengejutkanku adalah dia Adam yang itu. Adam yang pernah jadi semacam teman sekolahku. Adam yang pernah melindungiku saat aku disakiti oleh anak-anak lain. Adam yang aku cintai. Tapi sayang, tampaknya Adam tak mengingatku.

Selama beberapa hari kami berbagi kamar tahanan. Lalu kemudian seseorang datang dan membawa kami berdua, menghadap ke seorang pemuda bernama Warner.

Meski masih muda, Warner adalah pemimpin pasukan. Dialah yang membebaskanku dari cengkeraman rumah sakit. Dialah yang menghilangkan belenggu yang selama ini membatasi gerakku. Dialah yang memberiku kesempatan untuk merasakan seperti apa dunia di luar kamar tahananku.

Tapi sebagai imbalannya, dia memintaku bekerja untuknya. Dia memintaku untuk menggunakan sentuhanku, kulitku, yang bila terpegang oleh seseorang, entah bagaimana caranya, akan menyakiti mereka, bahkan bisa mencerabut nyawa mereka dari jasmani mereka. Dia memintaku untuk menggunakan kutukanku demi kepentingannya!

Namaku Juliette. Jangan pernah dekat-dekat denganku bila kalian masih ingin hidup.

Citarasa Shatter Me

*Langsung ambil langkah seribu menjauhi Juliette.* #eh xP

Kalau bukan gara-gara event yang diadakan di grup Penggemar Novel Fantasi Indonesia, aku mungkin masih lama untuk membaca buku yang merupakan karya debut penulisnya ini, Tahereh Mafi :))

Tapi sayang, aku tidak bisa menikmati karyanya tersebut. Mungkin karena bukan buku yang pas disajikan di atas piringku.

Banyak teman yang bilang, bagian awal Shatter Me adalah bagian paling membosankan, dan bagian menjelang akhir adalah bagian terbaik. Tapi tidak bagiku. Bagian menjelang akhir terasa datar bagiku. Walau ada adegan lari dan kejar-kejaran, walau ada drama pakai perpisahan, bagiku aksi itu sama datarnya dengan permukaan air danau yang tidak diusik angin.

Malahan, bagiku, justru bab pertama merupakan bab paling oke dari keseluruhan bab. Bab itu adalah bab yang paling bikin penasaran dan pengen lanjut baca, juga sekaligus mengenalkan watak Juliette. Yang tertekan dan depresi. Yang merasa kesepian. Yang merasa tak berdaya. Yang percaya bahwa sentuhannya yang mematikan adalah kutukan.

Tapi setelah berjalan beberapa bab, perkembangan watak Juliette ini bukannya mendatangkan simpati, malah bikin jengkel nyaris setengah mati. Dia menggalaukan hal yang sama berulang kali. Dia menanyakan pertanyaan yang sama pada Adam berulang kali—ajaibnya Adam punya jawaban berbeda-beda untuk pertanyaannya yang sama persis. Dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia tidak gila, tidak berbahaya, tapi sekaligus menentangnya sendiri, secara berulang kali.

Aku sama sekali tak anti dengan kalimat yang diulang-ulang, apalagi bila kalimat itu dibikin berima, seperti yang dilakukan oleh Tahereh Mafi pada Shatter Me ini. Tapi apa yang dilakukannya tersebut terlalu berlebihan, terlalu banyak yang diulang-ulang, yang jatuhnya jadi kayak buang-buang halaman saja. Malahan ada satu halaman penuh dengan kalimat "I am not insane" yang diulang-ulang berpuluh kali dan dicoret semua kecuali yang terakhir. Kenapa nggak cuman dikasih dua saja? Satu dicoret dan satu tidak, dan hal itu sudah menghemat kertas.

Oh ya, dicoret di sini benar-benar dicoret. Seperti ini: I am not insane, I am not insane, I am not insane, I am not insane, I am not insane, I am not insane, I am not insane, I am not insane, I am not insane.

Di buku tertulis lebih banyak lagi. Totalnya? Kebetulan aku nggak ngitung. Males, cuy :))

Dan aku tak bisa memikirkan hal lain selain pengulangan-pengulangan itu disengaja untuk memperpanjang kisahnya yang, bagiku, sederhana.

Kalau dipanjang-panjangkan kayak dua buku terakhir serial Beyonders sih nggak apa-apa, sebab di Beyonders perpanjangannya lebih pada mengenalkan dunianya yang ajaib pada pembaca. Tak seperti perpanjangan di Shatter Me yang lebih menonjolkan ke kegalauan Juliette yang, bagiku, nggak penting-penting amat.

Seperti cerita dystopia yang sedang happening akhir-akhir ini, Shatter Me juga menawarkan gambaran kehidupan bertahan hidup. Makanan tidak layak, tempat tinggal yang nyaris tidak bisa disebut tempat tinggal, banyak lokasi hancur akibat peperangan, tapi tetep ada bagian mewahnya. Terutama bila adegan berada di sekitar Warner.

Yang membuatku penasaran justru bagian mewahnya. Ada baju mewah, ada makanan mewah, itu kira-kira datangnya dari mana? Dan bila dibikin, pasti ada konsumennya. Mengingat halamannya lebih banyak digunakan untuk bergalauria dari pada memberi detail pada rancang bangun dunianya yang lebih fokus ke daerah kurang beruntungnya, tanpa sedikit pun menceritakan mengenai daerah mewah tempat orang-orang berduit berada, aku penasaran bagaimana sistem perekonomian di semesta Shatter Me ini berjalan. Atau mungkin hal itu disebutkan sepintas lalu, yang kemudian aku lupakan. Atau tak sempat terbaca olehku.

Soalnya, sampai ke halaman terakhir, aku agak kesusahan membayangkan bagaimana para penduduknya mendapatkan uang. Tidak seperti novel-novel dystopia lain yang aku sebutkan di atas—tentu dengan pengecualian The Maze Runner.

Secara keseluruhan, bisa disimpulkan, Shatter Me bukanlah buku yang pas diletakkan di atas piringku. Aku kurang begitu suka dengan gaya pengolahan Mrs. Mafi. Idenya juga bagiku biasa saja, tak ada yang istimewa. Rancang bangun dunianya masih berantakan. Karakternya yang susah disukai. Bahkan Adam yang dicintai Juliette itu, yang digilai banyak pembaca Shatter Me. Yang cukup menarik perhatianku justru Warner, tokoh yang didapuk sebagai antagonis. Dia cukup menarik karena dia merupakan karakter paling realistis dibanding karakter lainnya.

Oh ya, aku tahu Warner bakal jadi salah satu love interest Juliette di buku dua nanti, yang bakal bikin kisah romansa dalam serial ini jadi kisah cinta segitiga. Aku tahu dari para blogger luar yang memasang badge "Team Warner." Tapi walau tanpa itu juga, "kelebihan" yang dimiliki Warner jelas mengindikasikan dia bakal menggoyahkan cinta (yang diaku) Juliette pada Adam. Kelebihan yang dimiliki Warner ini adalah kelebihan yang sama-sama dimiliki Adam. Yang kuduga, kelebihan itu muncul (atau ada) karena mereka berdua punya sesuatu yang murni untuk Juliette.

Aku tahu Tahereh Mafi mencoba memasukkan beberapa hal tentang kemanusiaan di bukunya ini. Tapi porsinya yang kayak sepintas lalu, nggak seimbang dengan porsi kegalauan Juliette, bikin hal itu tak berasa sama sekali. Sayang sekali. Padahal pesan kemanusiaan ini cukup oke :(

Satu hal lagi. Perhatikan quote yang kuambil dari Shatter Me ini:

He pulls back with a low groan and I want him to take his shirt off. I need to see the bird. I need to tell him about the bird.

[Terjemahan ala kadarnya: Dia mundur dengan desahan pelan. Aku ingin dia melepas kaosnya. Aku ingin melihat si burung. Aku ingin memberi tahunya tentang si burung]

Yang ingin aku peringatkan, jangan membaca Shatter Me dengan cara melompat-lompat alias skip sana skip sini. Sebab dikhawatirkan kalian akan salah paham dengan kalimat-kalimat yang sense of ambigunya terasa kuat seperti kalimat di atas :))

Dan kalimat di atas bukan satu-satunya XD


Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
| | | books in  english

4 comments:

  1. hahaha... Juliette nih emang galau tingkat tinggi... banyak hal ttgnya yg bikin sy pengen jedotin kepala ke tembok :p
    But if you bear with her longer...you'll see that she gets better. Di buku kedua (Unravel Me) tulisan yg diulang2 dan dicoret sudah jauh berkurang. Malahan di buku tiga (Ignite Me) sy blm menemukan gaya penulisan semacam itu. Karakter Juliette memang berkembang menjadi lebih dewasa dari buku ke buku :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau langsung skip ke Ignite Me bakal tertinggal jauh nggak sih? ._.

      Hapus
    2. Lumayan sih... soalnya di Unravel Me terungkap beberapa hal yang cukup signifikan

      Hapus
    3. Hooo, gitu. Ntar aku coba cari deh lanjutannya :))

      Hapus

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!