Pasung Jiwa by Okky Madasari

Pasung Jiwa

Penulis: Okky Madasari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2013
Tebal: 328 halaman
Genre: Realistic Fiction - Indonesia Literature
Stew Score: Almost - Delicious!
Target: Young - Adult (16 tahun ke atas!)

Sececap Pasung Jiwa

Hal pertama yang dikenal Sasana adalah piano. Sejak kecil orangtuanya sudah mendekatkan anak laki-laki semata wayang mereka itu pada piano dan musik klasik. Tanpa kedua orangtuanya tahu, anak lelaki mereka tersebut sangat benci pada piano dan musik klasik.

Suatu hari, secara tak sengaja, Sasana mendapati keramaian. Dia mendengar sebuah irama lagu yang tak familiar di telinganya tapi... Dia langsung menyukainya. Atau lebih tepatnya mencintainya. Padahal dia tak tahu musik jenis apa yang baru didengarnya tersebut. Dia baru tahu musik itu disebut dangdut setelah diseret ibunya pulang dan dimarahi habis-habisan.

Sasana tidak lagi "berhubungan" dengan dangdut. Orangtuanya melarang dan berusaha keras agar anak mereka tersebut jauh-jauh dari musiknya "orang nakal" tersebut.


Sasana baru kembali ke "pelukan" dangdut saat dia duduk di bangku kuliah dan bertemu dengan Cak Jack. Cak Jack inilah yang kemudian mengubahnya: menjadikannya penyanyi dangdut!

Tetapi menjadi penyanyi dangdut tidaklah mudah. Apalagi penyanyi dangdut pria yang berpakaian wanita.

Citarasa Pasung Jiwa

Tidak sia-sia aku mengharapkan buku ini sejak lama! Pasung Jiwa ini memang worth it banget buat dibaca. Buku yang tidak akan membuang-buang waktumu!

Pertama kali aku tahu adalah saat menemukan buku ini dalam posting WW kak Ferina. Saat menemukan kata "kebebasan" dan "agama" tanpa ragu lagu lagi aku memasukkan buku ini ke dalam wishlist.

Aku tahu buku ini bagus. Tapi aku rasa buku ini boleh dikalahkan dengan buku lain dulu.

Itu pikiranku sebelum membaca review Pasung Jiwa yang ditulis Om Tanzil di blognya di sini. Semenjak baca review yang singkat padat dan mengkupu (?) itu, aku langsung melejitkan buku ini dalam jajaran top wishlist. Aku begitu tidak sabar mencari hal-hal nyata, yang terjadi di lapangan, yang berhasil dituangkan kak Okky dalam semprotan tinta yang diabadikan beliau dalam buku berjudul Pasung Jiwa ini.

Dan kesempatan memilikinya datang. Kesempatan memiliki Pasung Jiwa, maksudku. Bukan memiliki dia-yang-bikin-aku-susah-memikirkan-orang-lain (tolong doakan semoga kata 'bukan' di awal kalimat ini berubah jadi 'akhirnya aku'). Kesempatan itu datang padaku dalam bentuk aku memenangkan lomba membaca yang diadakan oleh komunitas Seraphium di kaskus. Dan aku memilih Pasung Jiwa ini (bersama Orang-orang Tanah) sebagai hadiah.

Kalau kalian memperhatikan sampul depan Pasung Jiwa, apa yang terlintas di benak kalian? Kalian bisa mencoba memperbesar gambar sampul ini dengan mengklik gambar dengan "tetikus" yang kalian pakai. Tapi bila masih kesulitan melihat detailnya, aku akan mencoba mendeskripsikannya. Cover ini jelas berlokasi di penjara, penjara yang biasanya ada di kantor polisi bukan yang di lembaga pemasyarakatan, ada tangan berkutek merah menyala yang menggenggam teralis. Bibir sosok itu sama menyalanya seperti kuku-kukunya. Rambutnya panjang dan dia mengenakan baju blink-blink. Tapi coba perhatikan daerah leher sosok tersebut...

Kalau kalian melihat jakun, mata kalian tidak salah melihat. Karena memang sosok cantik itu adalah seorang pria.

Ya, itu memang karakter utama Pasung Jiwa. Seorang bernama Sasana.

Lewat sosok Sasana ini, penulis mengkritisi banyak hal yang terjadi di masyarakat. Yang pertama jelas, pagar yang diciptakan orangtua di sekitar anaknya. Hal tipikal tapi tak pernah lekang oleh waktu, mereka yakin apa yang mereka lakukan terbaik untuk anaknya, tanpa mereka tahu atau tanya apakah anaknya menikmati hal terbaik versi mereka tersebut. Hal kedua dan ketiga yang dikritisi adalah soal image musik dangdut dan anak jenderal atau orang berkuasa. Hal keempat, tentu saja, soal menjadi "berbeda" di mata masyarakat.

Selain Sasana, ada satu tokoh lain yang bernama Jaka Wani atau yang lebih dikenal Sasana dengan panggilan Cak Jack. Lewat tokoh kedua ini, penulis menggelontorkan tokohnya untuk melawan perusahaan besar. Yang kedua, tokohnya dicemplungkan ke organisasi masyarakat berbasis agama.

Hal kedua yang dialami Jaka Wani inilah yang merupakan hal baru bagiku. Yang juga merupakan salah satu hal yang mempengaruhiku untuk membaca Pasung Jiwa ini. Apa yang dilakukan ormas berbasis agama ini, yang suka melakukan "tindakan menyapu" atau razia, tidak ubahnya tindakan preman yang menggunakan nama Tuhan sebagai pembenaran. Tapi bukan itu yang mengejutkanku. Yang mengejutkanku adalah ormas tersebut kadang tugasnya didapat dari oknum pengayom masyarakat! Dan mereka membayar!

Ya, ya, ya, mungkin ini bukan hal baru bagi kalian. Tapi itu hal baru bagiku. Aku kira ormas berbasis agama itu melakukan tindakan seperti itu hanya karena memahami terjemahan kitab suci secara harfiah. Hal seperti mereka dibayar, mereka mengamankan sedikit barang yang menjadi tujuan razia mereka (semisal menjarah bar/pub yang menjual miras, mereka mengambil miras sedikit untuk mereka nikmati sendiri), mereka menghukum yang mereka anggap tidak normal (orang-orang seperti Sasana), dengan hukuman yang tak biasa, untuk membuat mereka jera.

Tentu saja tak ketinggalan Pasung Jiwa juga membahas soal cinta yang tak memandang batas. Bagian ini mungkin akan mengejutkan beberapa dari kalian. Tapi tenang, bagi yang alergi pada romansa, romansa di sini hanya disinggung sekilas lalu doang, bahkan cuman dibahas kurang lebih dalam 3 paragaraf saja. Pasung Jiwa juga membahas soal keluarga dan persahabatan. Ketika mendapati keunikan Sasana apakah keluarga masih menerimanya? Ketika sahabat berada di kubu yang berseberangan, apakah sahabat itu gelap mata dan menghabisi sahabatnya?

Secara keseluruhan, Pasung Jiwa nyaris mendapatkan nilai sempurna dariku. Bagiku, Pasung Jiwa sangat berhasil membingkai hal-hal kemanusiaan dan ketidakadilan yang terjadi di masyarakat. Hanya saja, ada satu adegan yang bagiku agak sulit dibayangkan terjadi di dunia nyata, meski hal itu mungkin. Adegan itu berupa pelarian. Tapi itu cuman satu adegan. Adegan yang mungkin simbolis ajakan untuk break the limit. Adegan yang mungkin akan kalian anggap adegan terseru dalam novel ini.

Aku sangat merekomendasikan buku Pasung Jiwa ini. Apalagi bagi kalian yang ingin tahu dystopia yang sebenarnya. Dystopia yang ada di dunia nyata.

Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
| | |

0 comments:

Posting Komentar

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!