Alex: A Delirium story [4] by Lauren Oliver

Alex: A Delirium story [4]

Penulis: Lauren Oliver
Penerbit: -
Tahun terbit: 2013
Tebal: 27 halaman
Seri: Delirium #2.1 (kalau di Goodreads atau mungkin penulis diberi nomor #3.5 - mungkin ini nomor urut penerbitan buku dan tidak berdasar timeline)
Genre: Fiksi Ilmiah - Romance
Stew score: Sugar - Free!
Target: Teen (14 tahun ke atas!)
Catatan: Bonus review Annabel, Hana, dan Raven (3 novella Delirium yang terbit lebih dulu)

Sececap Alex

Di dunia tempat Alex tinggal, cinta itu dilarang. Cinta itu dibenci dan ditakuti. Cinta itu dianggap penyakit paling mematikan diantara semua yang mematikan.

Ketika dia dan Lena, perempuan yang dicintainya, hendak melarikan diri ke alam liar—sebutan untuk lokasi yang masih terkontaminasi virus cinta, usaha itu setengah berhasil. Lena berhasil kabur, tapi dirinya tidak. Dirinya ditangkap. Dirinya dijebloskan ke Kriptus—penjara bagi mereka yang terinfeksi virus cinta.

Suatu hari, tembok Kriptus meledak. Dia pun bebas dan bergabung dengan para pemberontak.

Namun, meski telah bebas, pikirannya tak pernah bebas memikirkan Lena. Apakah Lena masih hidup ataukah alam liar telah merenggut nyawanya?

Dan bila Lena masih hidup, apakah dia bisa bertemu dengan gadis yang dicintainya itu?

Citarasa Alex

Karena jumlah halamannya dikit, tak butuh waktu lama bagiku untuk menyelesaikannya. Kelar langsung dalam dua kali hap. Hanya... Kok endingnya Alex gitu ya? Maksudku, kok cuman gitu doang? Bahkan saking tidak percayanya sudah habis, aku sampai mencari info di mana-mana soal jumlah halamannya—yang ternyata sudah benar, novella Alex yang kupegang jumlah halamannya memang segitu.

Meski belum membaca Pandemonium dan Requiem, aku sudah tahu garis besar kisahnya gimana. Dan aku kurang lebih tahu gimana sikap Alex pada Lena di Requiem. Nah, sikap Alex di Requiem itu sangat berbeda dengan sikap Alex di (novella) Alex ini. Aku mengira Alex di Requiem... Seperti Peeta dari The Hunger Games, mendapatkan "pencucian otak gratis." Tapi membaca Alex ini... Ah, aku jadi penasaran kenapa sikap Alex di Requiem jadi gitu. Apakah mungkin karena keberadaan Julian?

Secara keseluruhan, Alex kebanyakan menyinggung soal kegalauan Alex pada Lena. Selebihnya soal hal-hal kemanusiaan dan tentang hal-hal yang telah disinggung di novel-novel utamanya.

=============================================================

Hana - a Delirium short story [1]
Penulis: Lauren Oliver
Penerbit: Hodder and Stoughton
Tebal: 144 halaman
Seri: Delirium #1.5
Genre: science-fiction, romance, dystopia
Stew Score: Yummy!

Di dunia tempat Hana tinggal, cinta membuat orang masuk penjara.

Di dunia tempat Hana tinggal, cinta tidak dijunjung tinggi, tidak bisa digunakan sebagai tameng atau alasan seseorang mengorbankan diri. Di dunia tempat Hana tinggal, cinta dilarang ada, bahkan mengucapkan kata “cinta” saja sudah merupakan hal tabu. Di dunia tempat Hana tinggal, cinta disebut Amor Deliria Nervosa. Penyakit paling mematikan dari semua penyakit mematikan.

Aku tidak bisa membayangkan hidup di dunia tempat Hana tinggal. Bukankah kata pujangga, hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga? Lebih baik kita tanyakan Hana bagaimana hidup di dunianya, please welcome…
Hana dari Delirium series!

Baca lanjutannya::

Hana ini adalah sahabat Lena, tokoh utama dalam Delirium series. Perannya dalam Delirium mencuri perhatian banyak Story Eater hingga Miss Oliver membocorkan isi hatinya. Nah, Hana, bagaimana kabarmu?

Hana: Saya rasa baik. Sedikit tidak percaya saya bisa berada disini. Amankah disini? Saya takut kejadian di Daratan Tinggi–

Tidak. Tidak. Aku jamin regulator tidak akan menemukanmu.

Hana: Apakah anda simpatisan? Apakah anda telah terjangkit deliria?

Tenang, Hana. Tidak ada simpatisan disini. Disini hanya ada aku dan kamu, dan beberapa Story Eater yang menyimak. Oops, itu jumlah yang banyak aku rasa.

Hana: Bolehkah saya tahu ini dimana? China-kah? Wajah anda tidak seperti wajah orang Amerika.

Aku orang Indonesia. Jika kamu sangat ingin tahu. OH, dan aku pernah dengar kamu berteriak, “Today I’m going to go to China!”

Hana: Anda mendengarnya?? (Matanya membulat dan kontan menyapu sekitar) Lena benar. Harusnya saya tidak berteriak kencang.

Kenapa begitu? Apakah pergi ke luar negeri terlarang?

Hana: Kami dilarang membicarakan negara lain. Bahkan tahu namanya saja sudah merupakan hal tabu.

Sekarang kita bahas Lena–

Hana: Dia sudah pergi ke alam liar.

Ya, aku tahu. Bisa–

Hana: Apakah anda bisa menyimpan rahasia?

… Kamu bisa percaya padaku.

Hana: (berbisik) Sebenarnya saya iri padanya. Padahal saya biasanya…

Lebih dari dia?

Hana: Bisa dibilang begitu. Sebelum terjangkit deliria, Lena itu taat peraturan. Dia juga selalu cemas pada apapun, juga pada dirinya sendiri sebab ibunya terjangkit deliria. Dia takut penyakit itu turun ke dirinya. Tapi nyatanya meski penyakit itu menjangkitinya dia malah… Menikmatinya. Dia malah makin tampak bahagia. Padahal dia bisa mati oleh penyakit itu. Tapi dia tampaknya tak ambil peduli. Dia seperti seorang… Seorang…

Kamu tak perlu mengatakannya. Percayalah, aku tahu apa yang kamu maksud. Aku punya satu pertanyaan terakhir. Di baris terakhir kisahmu, saat itu kamu sudah tahu soal rencana pelarian Lena dan pacarnya, kamu berkata dalam hati, “I’m sorry, Lena.” Bolehkah aku tahu… Kesalahan apa yang kamu lakukan, Hana?

Hana: Itu… Saya tidak mau menjawabnya. Dan itu sudah merupakan sebuah jawaban.

Baiklah. Aku hargai… Jawabanmu.

Pemirsa! P-e-pe-mi-mir-sa-sa, pemirsa! #eh kenapa jadi kayak acara talk show sebelah? :lol:

Delirium merupakan salah satu novel favoritku. Dan seperti Delirium, Hana juga ditutup tepat di klimaks! Sumpah, Kak Lauren ini hobi banget bikin orang gregetan! *cubit pipi Kak Lauren *pake penjepit kertas #eh

Target Pembaca: Young-adult (16 tahun +). Usia segitu menurutku sudah bisa cukup opne-minded. Apalagi di buku ini ada sedikit kebrutalan.

P.S. Di Power of Six, Mizan mengejutkanku dengan menerbitkan kisah novella tambahannya, The Lost Files, yang hanya terbit dalam edisi kindle dan ebook di negara asalnya dengan mengincludekannya dalam buku ke-2 Lorien Legacies tersebut. Moga ebook Hana ini juga dicetak dan diincludekan di dalam Pandemonium.

P.S.S. Jangan lupa bilang Amin ;)
================================================================

Annabel: a Delirium Story [2]
Penulis: Lauren Oliver
Penerbit: Hodder and Stoughton
Tebal: 53 halaman
Seri: Delirium #0.5
Genre: Romance, science fiction, dystopia
Stew Score: Almost-Yummy

Icip-icip Annabel
Annabel adalah salah satu tahanan di bangsal 6, bangsal bagi terpidana mati dan hukuman seumur hidup, di penjara bawah tanah Kriptus. Dia dijebloskan ke dalam penjara itu karena...

DIA MENOLAK HIDUP TANPA CINTA!

Ya. Annabel hidup di tempat yang sama dengan Lena dan Hana tinggal: Negara di mana cinta diidentifakasi sebagai penyakit paling mematikan diantara semua penyakit mematikan. Dia jatuh cinta pada suaminya dan menolak untuk melupakannya--menolak "sembuh" meski telah menjalani banyak sekali prosedur penyembuhan!

Bagaimana proses dia bisa jatuh cinta pada suaminya? Padahal kita tahu, di tempat dia tinggal pernikahan dan calon pasangan diatur oleh negara. Apakah dia akan terpenjara di Kriptus untuk selamanya? Tidak. Dia bisa melarikan diri dari penjara mengerikan itu. Bagaimana dia bisa melarikan diri? Nah, itu yang mesti kalian cari di ebook sepanjang halaman ini.

Baca Lanjutannya::
Cita rasa Annabel

Apakah kalian bisa menebak siapa Annabel sebenarnya?

Ya. Dia adalah ibu dari Rachel dan Lena, tokoh utama kita di Delirium.

Ebook ini selain mengisahkan masa penahanan Annabel di Kriptus, juga mengisahkan masa kecilnya--masa yang lumayan dekat dengan masa di mana ilmuwan mengidentifikasi cinta sebagai penyakit.

Dibanding Lena dan Hana, Annabel ini lebih bengal lagi. Tapi aku tak bisa menceritakan lebih lanjut selain: dari kebengalan itu-lah dia mengenal suaminya.

Ya, tidak seperti Lena dan Hana, Annabel lebih beruntung sebab di daftar calon pasangannya dia menemukan nama cowok yang ditaksirnya--meski belakangan pembaca tahu, cowok yang jadi suaminya itu telah disembuhkan dan berubah layaknya Rachel, kakak Lena.

Salah satu kelemahan Delirium adalah kondisi negara lain. Apakah negara lain sama dengan Amerika dengan menetapkan cinta sebagai penyakit? Kalau nggak, kenapa warganya tidak mencari suaka ke negara lain itu? Tampaknya pembaca nggak puas dengan penjelasan di Hana mengenai kondisi negara lain sehingga membuat Kak Lauren memberi penjelasan lain yang... Aku akui jauh lebih masuk akal.

Bagi yang suka humor satire, kalian akan menemukan satire yang lumayan menggigit mengenai kebohongan, pembohong, negeri kebohongan, dan dosa.

Bagi yang suka quote romantis dan galau, jangan khawatir, di ebook yang singkat ini lumayan banyak bertebaran quote-quote

kayak gitu.

Bagi yang penasaran bagaimana awal buku terakhir trilogi ini... Khusus untuk ebook terbitan Hodder ini, bukan Harper Teen, kita akan mendapat ekstra preview Requiem (Delirium #3). FYI, di buku tiga itu, tidak hanya Lena, tapi Hana ikut-ikutan jadi narator! Akkk, Hana! >.< Sayangnya, menurutku, Annabel ini, tidak kayak buku lainnya dalam seri ini, anti-klimaks.

Target Pembaca: Teen (13 tahun +). Nggak ada adegan yang nggak aman. Kisah cinta nggak rumit, tapi ada adegan yang menurutku butuh pikiran anak-anak yang telah beranjak jadi remaja.

P.S.

Meski aku tahu mengenai POV di Requiem dari Annabel ini, aku tidak membatja preview singkat itu. Bukan karena takut jadi penasaran setengah mati--yang omong-omong sejak buku pertama rasa itu telah menjangkitiku, tapi aku belum batja buku keduanya.
================================================================

Raven: a Delirium short story [3]
Penulis: Lauren Oliver
Penerbit: Hodder and Stoughton
Tebal: 50 halaman
Seri: Delirium #2.5
Genre: Dystopia - Romance
Stew score: Almost - Sweet! (sama dengan posisinya di series, hahah)
Target Pembaca: 15 tahun ke atas

Raven adalah salah satu karakter wanita di serial Delirium. Kisahnya dijadikan novella oleh penulisnya mungkin karena karakternya jenis karakter yang akhir-akhir ini sedang disukai pembatja: kuat dan tegas.

Dia-lah yang melatih Lena.

Kebetulan aku belum batja Pandemonium, jadi tidak banyak yang aku tahu. Hanya sedikit bab pertama--bonus ketika membatja Hana, dan Raven digambarkan sebagai pelatih yang sangat tegas. Dia membentak-bentak Lena. Dia terus-terusan mengingatkan Lena betapa Alam Liar memang benar-benar liar. Dia pula yang "memaksa" Lena agar hanya mengandalkan dirinya sendiri sebab belum tentu ketika Lena dalam bahaya akan ada bantuan yang datang.

Baca Lanjutannya::
Raven ini, maksudku novella ini, adalah cukilan dari adegan penyelamatan Julian Fineman, salah satu tokoh yang tidak muncul di novel pertama tapi langsung melejit jadi tokoh utama pria di novel kedua, dan masa lalu Raven yang bisa dibilang sama sekali tidak mudah.

Tidak mudah hidup di Alam Liar. Sebab selain harus menghindari pembersihan--semacam razia, juga mesti berhadapan dengan hewan buas dan, tentu saja, alam itu sendiri yang terkadang tidak bersahabat sama sekali.

Bila di Hana penulis memberikan info mengenai cinta dari insan bergender sama, lalu di Anabel penulis memberikan info mengenai cinta platonis yang tak sengaja dipertemukan, di Raven ini penulis memberikan info mengenai cinta yang "berbuah." Buah yang biasa disebut buah hati.

Kisah Raven ini bisa dikatakan sedih, apalagi melibatkan bayi di dalamnya. Tapi entah kenapa... Aku tidak bisa masuk ke dalamnya, meski aku telah membatjanya beberapa kali.

Bagus, tapi tidak semantap Hana mau pun Anabel--semakin turun kalau aku boleh menambahkan. Apalagi endingnya, tumben-tumbennya kak Laura nggak membuatnya pas di klimaks (serba salah ya jadi penulis, hahah.)

P.S.
[1] Raven itu kan burung, ya? Kenapa covernya bunga-bunga ya? Tapi meski gitu, covernya cantik *.*

[2] Mungkin karena aku belum kenal Raven makanya aku kurang bisa dapat "feel" buku ini. Mungkin nanti aku batja lagi buku ini setelah aku mendapatkan gratis, eh, membatja Pandemonium.
================================================================

Kesimpulannya, novella dari Delirium series ini yang paling aku suka adalah Hana. Sensasi saat membaca Delirium yang kece tornado itu masih terasa kuat sekali di Hana. Namun ketika "menyuapkan" Anabel ke dalam mulut, lalu Raven, kemudian Alex, entah kenapa sensasi itu sedikit demi sedikit berkurang. Kenapa bisa gitu ya? Mungkinkah karena kak Lau dikejar-kejar deadline, yang bikin dia bekerja sangat terburu-buru? Ah, pertanyaan itu hanya bisa dijawab oleh kak Lau sendiri.

Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
| | | | | read big

0 comments:

Posting Komentar

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!