The Thief of Always by Clive Barker

The Thief of Always

Penulis: Clive Barker
Penerbit: HarperTrophy
Tebal: 224 halaman
Genre: Fantasi - Supernatural - Horror - Thriller - Suspense
Stew score: Yummy!
Target: Children (9 tahun ke atas!)

Nyaris kebanyakan anak-anak merasa bosan dengan rutinitas sekolah. Jangankan anak-anak, aku rasa orang dewasa kadang juga merasa bosan dan jenuh dengan rutinitas pekerjaan/kegiatan mereka dan sering mendambakan akhir pekan yang mana mungkin bisa digunakan untuk liburan.

Baru-baru ini aku tahu, ada sebuah rumah yang diberi nama House of Holiday yang mana tiap hari adalah hari libur—


Tiba-tiba teringat lagu anime zaman dulu...

Tip-tip, cinta seperti permen...
Enak bagaikan buah yang segar...
Selamat tiap hari adalah Minggu...
Jangan buru-buru... Hatiku...

Aku tidak tahu kenapa aku tiba-tiba teringat lagu itu. Oke, I think it's enough... OOT-nya. Kembali ke tank... Top #eh

—hari libur. Satu hari merayakan merayakan natal, satu hari lainnya merayakan halloween. Dan ajaibnya, langitnya selalu cerah! Baik siang, mau pun malam. Belum lagi logistiknya lezat-lezat. Kasurnya empuk dan nyaman dan menjamin kepulasan. Namun, meski memberi fasilitas bintang empat, seorang bocah sepuluh tahun bernama Harvey Swick sangat tidak merekomendasikannya. Kenapa? Lebih baik kita tanyakan langsung padanya.

Halo, Harvey, bisa kamu ceritakan pengalamanmu yang mendebarkan di Rumah Liburan?
Harvey: Tempat apa ini? Di mana aku? Bagaimana aku bisa di sini?

Kamu ada di studio Story Eater Tales. Ini tempat aman kok. Dan kamu ada di sini karena... Yah, aku mesti mewawancaraimu terkait petualanganmu di waktu kamu bosan yang bikin aku penasaran.
Harvey: Aman dari apa? Apa aku bisa pulang?

Hahah, kamu ini banyak tanya ya? :)) Setelah wawancara ini selesai, aku jamin kamu bisa langsung kembali ke rumahmu. Dengan aman tentunya. Apakah itu cukup untuk membuatmu membeberkan pengalamanmu di Rumah Liburan?
Harvey: Ya, aku rasa aku siap. Semuanya terjadi di bulan Februari. Bulan Februari kelabu yang aku rasa siap menerkamku dan memakanku hidup-hidup saking membosankannya hal-hal yang terjadi di sekitarku. Kemudian muncul seseorang, atau makhluk, di kamarku. Dengan terbang. Dan dia memberitahuku soal lokasi di mana siangnya selalu cerah dan malamnya penuh oleh keajaiban.

Apakah tidak pernah turun hujan di sana?
Harvey: Ada. Hujan salju. Di malam natal.

Kalau hujan air?
Harvey: Salju kan juga terbuat dari air. Air yang membeku.

Maksudku, hujan yang benar-benar air. Yang suka bikin galau itu loh.
Harvey: Apa itu galau?

Ah, lupakan. Pertanyaan selanjutnya, apa kamu tidak curiga pada orang asing yang tiba-tiba muncul di kamarmu itu?
Harvey: Seingatku tidak. Aku jauh lebih penasaran dengan cara dia datang dan pergi dan tempat menarik yang diceritakannya.

Dan akhirnya kamu pergi?
Harvey: Sempat aku mengira pertemuaan itu hanya mimpi, tapi pada akhirnya, ya. Tempat itu nyata. Rumahnya indah. Halamannya indah. Bulannya indah. Makanannya menggoyang lidah. Kasurnya mengundang kita untuk rebah.

Apa orangtuamu tahu kamu pergi ke sana?
Harvey: Di rumah itu ada telepon. Dan yang mengejutkan ibuku tahu aku ada di House of Holiday. Pada awalnya semuanya menyenangkan. Tapi kemudian sebuah kejadian membuatku rindu pada rumah. Tapi...

Tapi... Apa? Ada yang menahanmu untuk pergi?
Harvey: secara fisik tidak. Tapi ke mana pun aku pergi, aku kembali ke tempat yang sama, ke dekat rumah itu lagi. Padahal aku yakin jalan keluarnya ada di balik kabut.

Jadi ternyata selama ini kamu diculik. Tapi tak terasa diculik karena tempat itu tempat di mana kesenangan berkumpul. Betul?
Harvey: Ya.

Coba aku tebak. Kamu pasti berhasil keluar dari sana, benar kan?
Harvey: Ya. Tapi itu bukan akhir petualangan kami. Malahan itu baru menginjak setengahnya. Dunia yang kukenal dulu telah mengalami banyak sekali perubahan. Ada yang telah dicuri. Dan aku berniat mencurinya kembali.

Wah, wah, wah, tapi kan itu akan membuatmu tak ada bedanya dengan sang penjahat.
Harvey: Sejujurnya, kami memang memiliki banyak kesamaan.

Wow! Aku sebenarnya penasaran apa persamaan itu. Tapi aku rasa lebih baik tak menanyakannya demi membuat orang lain penasaran #eh
Harvey: Membuat orang lain penasaran? Apakah wawancara ini disaksikan oleh banyak orang?

Tentu saja. Nah, Harvey, satu pertanyaan terakhir dan setelah itu aku akan mengirimmu "pulang", apakah kamu menyesal? Maksudku setelah mengalami kejadian yang nyaris merenggut jiwa dan ragamu?
Harvey: Ya dan tidak. Ya karena membuat cemas dan panik orang yang menyayangiku. Tidak karena aku mendapatkan teman-teman baru yang baik. Teman-teman yang usianya sama denganku hanya ketika berada di Rumah Liburan.

Oke, Harvey, terima kasih telah mau berbagi bersama kami.

Petualangan Harvey ini mengingatkanku akan kata-kata lama yang tampaknya tak akan pernah lekang oleh waktu: Seindah-indahnya tempat lain, tak ada yang seaman dan sehangat rumah sendiri.

Saya F.J. Ismarianto dan inilah Story Eater Tales.

P.S.
[1] Sama seperti karya Clive Barker yang sebelumnya kubaca, dua buku dari serial Abarat, meski tak sebanyak dalam kedua buku tersebut, The Thief of Always juga dilengkapi oleh ilustrasi-ilustrasi ciamik buatan penulisnya sendiri. Seandainya aku juga jago melukis seperti beliau...

[2] Cover versi buku yang kubaca ini meski tampak biasa saja, tapi sangat menggambarkan kondisi Rumah Liburan dengan sangat baik. Di mana empat musim terjadi dalam waktu singkat, tidak berbulan-bulan. Dan ada kucingnya juga.

[3] Karena ini buku anak-anak, jadi tak ada romansanya. Atau setidaknya, paling banter cuman puppy love.


Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
| |

2 comments:

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!