Shopaholic Ties The Knot by Sophie Kinsella

Shopaholic Ties The Knot

Penulis: Sophie Kinsella
Penerbit: Dell
Tebal: 408 halaman
Seri: Shopaholic #3
Genre: Realistic Fiction - Komedi - Romance
Stew score: Almost - Yummy!
Target: Young Adult (17 tahun ke atas!)

Sececap Shopaholic Ties The Knot

Si Gila belanja dilamar!

Tak menyangka, Luke makin khilaf dan mau menikahi Becky #eh

Tapi emang susah sih untuk tidak jatuh cinta pada Rebecca "Becky" Bloomwood yang penuh semangat meski, yah, dia sering bohong.


Harusnya hari pernikahan menjadi hari yang spesial bagi Becky. Karena (seharusnya) pernikahan hanya dirayakan hanya satu kali dalam seumur hidup. Jadi jangan heran bila perayaan pernikahan Becky dan Luke dirayakan secara besar-besaran.

Dan seperti kebanyakan perempuan yang hendak menikah lainnya, Becky menghadapi masalah sebelum pernikahan. Gembira tapi sekaligus panik dan stres. Tak sabar tapi sekaligus merasa tak siap—dan tak jarang merasa sebaiknya diundur saja. Tapi tidak seperti kebanyakan perempuan, hal-hal yang bikin Becky stres bukan masalah pakaian (dia sudah expert dalam hal ini, meski yah dia sempat bingung mau menggunakan baju pernikahan rancangan siapa: Vera Wang, Donna Karan, Daniel "Danny" Kovitz [sahabatnya], atau lainnya) atau pun berat badan/bentuk badan (apakah nanti tubuhnya bakal muat dibalut gaun pengantinnya di hari pernikahannya). Yang bikin dia stres adalah ibunya juga calon ibu mertuanya merencanakan pesta pernikahan yang spektakuler untuknya!

Ibunya ingin Becky menikah di rumahnya, di kebunnya, di kampung halamannya Oxshott, Surrey, Inggris.

Calon ibu mertuanya ingin Becky melangsungkan pernikahannya di tempat impian banyak gadis ingin melaksanakan pernikahannya (bahkan tak jarang banyak yang menabung untuk hal itu): Plaza, New York, Amerika. Yang mana konsep pernikahannya adalah Becky menjadi putri dongeng, Sleeping Beauty!

Ingin membatalkan pernikahan yang disiapkan oleh ibunya, Becky tak tega. Tapi dia juga tak bisa membatalkan pernikahan di Plaza karena, selain indah dan atas permintaannya "ingin jadi putri dongeng sehari" salah satu ruangan di Plaza disulap menjadi Enchanted Forest (hutan terkutuk?), dia bakal kena denda yang jumlahnya sangat amat besar!

Di mana akhirnya Becky akan menikah? Apakah di Oxshott? Ataukah di Plaza? Atau mungkinkah di kandang macan? Atau malah mungkin di mulut pakaya buaya?

Yah, kalau kalian benar-benar penasaran, cari tahu jawabannya di buku ketiga dari serial Shopaholic ini: Shopaholic Ties The Knot ;)

Citarasa Shopaholic Ties The Knot

Seperti dua buku sebelumnya, buku ini sukses membuatku terpingkal-pingkal! Semangat dan tingkah-polah Becky selalu sanggup memecah tawaku!

Tapi tak seperti kedua buku lainnya, bila dibandingkan dengan prekuelnya buku ini jauh bikin aku gemas. Gemas akan masalah utama yang menggelayuti Becky. Gemas ingin ngomong dan mengguncang-guncang tubuhnya bahwa solusi dari masalah utamanya adalah ada di waktu.

Dan ya pada akhirnya, solusi yang diambil Becky adalah nyaris persis sama seperti dugaanku. Tapi tak seperti beberapa orang, meski aku sudah menduga endingnya bakal gimana, aku tetap lanjut baca. Bagiku, penulis yang hebat adalah penulis yang ending kisah yang mereka buat sudah bisa ditebak, tapi tetap membuat pembaca betah dan terus membaca kisahnya hingga kata terakhir.

Meski Becky masih suka belanja keperluan tidak penting, di Shopaholic Ties The Knot ini dia tak terlilit hutang. Jadi masalah yang dihadapinya ya seputar pernikahan saja.

Yang masalahnya justru berat adalah Luke. Dia secara tak sengaja menemukan kebenaran dan dia... Yah, tak siap. Sampai-sampai aku mengira dia bakal bunuh diri. Bagian masalah Luke ini adalah yang cukup berat sejauh aku membaca seri Shopaholic ini.

Tapi tetep, karena menggunakan sudut pandang Becky, jadinya ya... Yah, jadi tak berat-berat amat :))

Secara keseluruhan, Shopaholic Ties The Knot buku yang sama seperti pendahulunya: Menghibur, "bikin tegang" (bisa tidak, tidak pakai tanda kutip? XD ), karakter utamanya sedikit bikin jengkel tapi sekaligus bikin jatuh hati, ikut berdebar-debar (juga cemas dan khawatir dan berdoa semoga dia baik-baik saja atau terjadi keajaiban) saat rahasia Becky nyaris terbongkar. Tapi dibanding dua pendahulunya: Shopaholic Ties The Knot sempat membuatku terkesima (juga merenung). Adalah bagian Luke yang diserang depresi. Sumpah, bagian itu, tidak sampai bikin aku merinding, nyaris bikin aku ikut depresi. Pertanyaannya tentang kehidupan sungguh mengena, tepat menghunjam ke ulu hatiku.

Tapi terlepas dari itu, aku mesti menahan diri. Menghabiskan terlebih dahulu daftar bacaan yang rencananya aku baca bulan ini. Tak sabar rasanya buat segera baca sekuelnya dan tertawa lagi bersama Becky! XD


Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::

0 comments:

Posting Komentar

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!