Percy Jackson and The Olympians: The Lightning Thief by Rick Riordan

Percy Jackson and The Olympians: The Lighning Thief

Penulis: Rick Riordan
Judul terjemahan: Pencuri Petir
Penerbit: Mizan Fantasi dan Hikmah
Tebal: x + 458 halaman
Seri: Percy Jackson #1
Genre: fantasi - adventure - misteri - thriller - suspence
Stew score: Almost - Yummy!
Target: teen (12 tahun ke atas)

Sececap PJO: The Lightning Thief

Percy Jackson, bocah dua belas tahun, penderita disleksia, dan sering dikeluarkan dari sekolah.

Tapi hal-hal itu jelas bukan hal yang menarik darinya. Yang menarik darinya adalah bahwa dia anak blasteran. Bukan blasteran biasa. Salah satu orangtuanya adalah dewa Yunani!


Percy yang setengah dewa (atau sebutannya demigod) pada awalnya tidak percaya salah satu orangtuanya dewa. Dia lebih terkejut lagi saat tahu sahabatnya dan salah seorang gurunya, dan salah seorang gurunya yang lain, merupakan makhluk-makhluk mitologi Yunani.

Sebagai setengah dewa, dunia menjadi tempat yang tidak aman. Selalu ada monster yang mengejar: dibuntuti, dicegat, dibunuh! Maka dari itu salah satu orangtua Percy, yang manusia, yang pada awalnya tak mau jauh dari anaknya tersebut, mengirimkan Percy ke satu-satunya tempat yang (katanya) aman bagi demigod: Perkemahan Blasteran.

Ternyata Perkemahan Blasteran sama dengan sekolah anak biasa. Ada yang baik, tapi ada juga yang sok berkuasa. Percy yang "masih hijau" tentu saja diinisiasi. Belum lagi dia harus tinggal, berjejalan di pondok Hermes karena ayah atau ibu dewanya belum mengakuinya sebagai anak.

Setelah beberapa hari adem-ayem, setelah berhadapan dengan monster besar dan menyeramkan yang masuk ke perkemahan yang digadang-gadang sebagai tempat yang aman bagi demigod, dan Percy diakui sebagai anak oleh orangtua dewanya, Percy dikejutkan lagi oleh fitnah yang menderanya: difitnah mencuri petir asali milik Zeus!

Terpaksa Percy harus melakukan petualangan, bersama sahabatnya dan teman barunya dari perkemahan, mencari dan mengembalikan petir asali Zeus dengan tenggat waktu sepuluh hari. Kalau dia tak berhasil, yang tampaknya mustahil terjadi, maka perang antar dewa-dewa Olympus akan pecah!

Citarasa PJO: The Lightning Thief

Hal pertama yang melintas di kepalaku, saat aku membaca ulang ini dan mulai paham banyak hal, aku tak mau jadi anak blasteran. Sama seperti Percy di awal kalimat buku PJO: The Lightning Thief ini.

Hidup nggak pernah tenang secara dikejar-kejar monster mulu. Dianggap disleksia oleh banyak orang yang bukan demigod. Yang enak mungkin bisa sihir. Tapi... Sihir yang bagus tergantung siapa orangtua dewanya, jadi kemampuan itu... Tampaknya tak bisa diasah (atau bisa? Jadi penasaran apakah anak-anak Aphrodite atau Demeter bisa mengalahkan anak-anak Zeus atau Poseidon atau Hades.)

Terus apa enaknya di Perkemahan Blasteran? Selain main perang-perangannya dengan pedang sungguhan, dan makanannya yang bisa muncul sendiri (hanya di jam makan), dan kegiatan outbound-nya, tak ada yang menarik lagi.

Bagi pemuja hujan tempat itu bakal jadi tempat yang mereka benci secara tak pernah turun hujan di sana—kecuali mau ambil resiko membuat dewa langit alias Zeus marah.

Pada awalnya, aku menikmati keseruan petualangan Percy bersama kedua temannya, tapi banyaknya kebetulan... saat Bibi Em sih oke, tapi ketika kebetulan nyasar ke toko kasur air, keseruan itu berubah jadi kebosanan. Membuat kesan kejadian di novel ini benar-benar terjadi langsung runtuh seketika dan digantikan dengan: "Oh, cuman fiksi."

Ada satu kalimat yang membuatku sangat penasaran. Kalimat dari utusan orangtua-dewa Percy yang kurang lebih bilang, "Jangan percayai hadiah."

Kenapa aku penasaran?

Karena kalimat itu jelas menyiratkan bahwa orangtua-dewa Percy tahu sekali siapa yang membawa petir asali.

Yang bagus, dan keren, dan bikin aku terkesima—saking takjubnya— adalah pas Percy ada di Underworld, tepatnya di kerajaan Hades dan bertemu dengan paman dewanya tersebut.

Hades tak digambarkan sebagai dewa yang jahat! Dia malah capek dan tak mau terlibat perang sama sekali.

Musuh sebenarnya... Sejujurnya sudah tercetak di sampul belakang buku.

Oh iya, buku terjemahan ini di dalamnya ada ilustrasinya lho. Keren-keren secara bikinan Kebun Angan, aku tak meragukan tangan dingin mereka, tapi... Gambar-gambar itu kebanyakan tak cocok dengan deskripsi dalam novel. Tapi meski begitu, aku suka gambar covernya dibanding cover lain novel terbitan Mizan yang menggunakan manusia. Aku suka mungkin karena tak menampakkan wajah.

Overall, Percy Jackson buku pertama ini oke. Pacenya cepat, sehingga pembaca yang tak suka kisah berpace lambat mungkin akan menyukainya. Endingnya juga oke, setidaknya memberi pilihan bahwa kisahnya bisa berakhir di sini. Bila teman-teman mencari bacaan fiksi mythe based, tapi ringan dan tak bertele-tele, Percy Jackson and the Olympians ini bisa menjadi pilihan yang oke.

Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
| |

0 comments:

Posting Komentar

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!