Knock Three Times by Marion St. John Webb

Knock Three Times

Penulis: Marion St. John Webb
Penerbit: Atria
Tebal: 257 halaman
Genre: Fantasi - Adventure - Suspence
Stew score: Sweet!
Target: Children (9 tahun ke atas)

Sececap Knock Three Times

Kisah ini dimulai saat ulang tahun Molly dan Jack. Tepatnya ketika bibi mereka mengirimkan hadiah ulang tahun bagi mereka. Hadiah Jack tidaklah bermasalah, tapi hadiah bagi Molly... Yah, apa sih menariknya dari bantalan jarum? Mana warnanya abu-abu lagi.

Molly yang sebenarnya meminta hadiah lain sedikit kecewa. Tapi apa yang bisa diperbuatnya, namanya juga hadiah ulang tahun, mana bisa ditukar?

Saat malam tiba, malam itu malam yang cerah, bulan memancarkan sinarnya yang lembut, Molly juga belum tidur, terdengar kegaduhan kecil dari tempat Molly meletakkan bantalan jarumnya.

Pada awalnya Molly mengira dia salah lihat. Tapi setelah menatap cukup lama, dia yakin bantalan jarumnya yang berwarna abu-abu, telah berubah menjadi labu berwarna abu-abu. Dan labu kelabu itu bisa melakukan hal-hal yang cukup ajaib: berjalan, membuka pintu.


Setelah labu kelabu keluar kamarnya, sontak Molly menggedor dengan perlahan kamar Jack. Jack yang pada awalnya ogah-ogahan juga melihat keajaiban si labu yang mencoba membuka pintu yang terkunci. Mereka kemudian mengikuti labu kelabu tersebut.

Meski sebenarnya takut, mereka berdua juga sangat penasaran. Sebenarnya apa labu kelabu itu? Dan kemana dia hendak pergi?

Anak-anak tak perlu menunggu lama jawabannya. Sebab labu kelabu menabrakkan tubuhnya, dengan maksud mengetuk, sebanyak tiga kali pada sebuah pohon. Batang pohon itu membuka seperti pintu. Pintu yang menuju ke Dunia Mungkin.

Namun, sesampainya Molly dan Jack di dunia yang asing itu, mereka kehilangan jejak. Tapi tak apa-apa, sebab labu kelabu terkenal di Dunia Mungkin. Sebab, semua orang langsung panik ketakutan begitu tahu labu kelabu masuk ke dunia mereka yang indah.

Citarasa Knock Three Times

Aku tertarik mengambil buku ini karena covernya yang oke dan ada label klasiknya. Juga karena buku ini jelas buku anak-anak.

Yang cukup mengejutkanku, buku yang lumayan seru dan bikin deg-degan ini, memiliki data yang sangat sedikit di goodreads. Mungkinkah buku klasik ini tidak terlalu populer?

Aku sebenarnya tidak terlalu sreg dengan judulnya, Knock Three Times. Soalnya ketukan tiga kali itu hanya sepintas saja munculnya. Katakanlah, kalau judul itu adalah seorang tokoh, maka dia adalah seorang cameo. Kenapa tidak diberi judul Labu Kelabu, ya? Atau Molly in the Possible World?

Untuk tokohnya, ada satu yang unik. Yaitu Tuan Papingay. Dia itu... bagaimana ya? Pokoknya menarik deh. Dia itu merasa kaya, tapi di rumahnya... dia tak pernah takut barang-barangnya dicuri meski tinggal sendirian di tengah hutan yang seram, bukan karena dia punya ilmu sihir yang wow (meski di Dunia Mungkin ada sihir) tapi karena dia bisa membuat barang-barangnya sendiri. Bahkan kalau dia bosan dengan barangnya sendiri dia tinggal menghapusnya dan menggantinya dengan barang baru. Perlu dicatat, Tuang Papingay tidak menggunakan sihir, juga tak punya peralatan sihir. Jadi... bagaimana dia melakukan banyak hal? Aku saja masih penasaran apa makanannya juga hasil... kerja kedua tangannya.

Untuk konsep Dunia Mungkin-nya, menurutku dunia itu nggak terlalu istimewa. Kecuali mungkin di sana setiap orang bebas mengekspresikan diri sesukanya (dalam hal ini hanya terbatas pada beberapa hal saja.)

Overall, sebenarnya ada beberapa kekurangan yang cukup mengganggu, seperti ramalan si nenek baik hati, bagiku bagusnya ramalan itu dihilangkan saja. Ramalan itu menurutku mengurangi misteri yang ada. Juga ada beberapa hal yang membuatku penasaran, bagaimana orang-orang Dunia Mungkin bisa mengenali Molly dan Jack berasal dari Dunia Mustahil, secara tak ada ciri khusus yang membedakan kedua manusia dari dua dunia tersebut? Mungkinkah karena di Dunia Mungkin orang-orangnya mengenakan pakaian aneh-aneh (meski tak seaneh di Abarat) sementara Molly dan Jack, untuk standar Dunia Mungkin, tampak hanya mengenaikan pakaian biasa-biasa saja? Belum lagi beberapa hal yang belum ketemu jawabannya. Tapi meski begitu, aura ketegangannya dan mencekamnya sangat terasa. Meski susunan kalimatnya, dan (terutama) humornya dan "teriakan"-nya, belum bisa mengalahkan Charlie and The Chocolate Factory, klimaks Knock Three Times jauh lebih oke karena membuat jantungku berdegup kencang seolah-olah dia datang menghampiriku dan mengatakan kalau dia tahu aku suka dia dan dia juga punya rasa yang sama... #oops kenapa malah menuliskan harapan? XD

Pokoknya, bila kalian mencari kisah fantasi yang tak terlalu berat, dengan sihir ringan, tapi cukup bikin jantung deg-degan, mungkin kalian bisa mencoba "memakan" Knock Three Times ini.

Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
| |

0 comments:

Posting Komentar

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!