The Magician's Nephew by C.S. Lewis

The Magician's Nephew

Penulis: C.S. Lewis
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 280 halaman
Seri: The Chronicles of Narnia #1
Judul terjemahan: Keponakan Penyihir
Genre: Fantasy
Stew Score: Yummy!
Target: Children (8 tahun ke atas)

Apa reaksimu saat mengetahui ternyata salah satu anggota keluargamu adalah penyihir? Memintanya melakukan demo sihir? Memintanya mengajarimu sihir? Atau, malah menganggapnya bercanda?

Namun, adakah dari kalian yang akan menjawab reaksi pertama kalian adalah takut? Jika benar, maka reaksi kalian sama dengan reaksi Digory dan Polly.
Kebetulan di sini sudah ada Digory Kirke dan Polly Plummer yang telah bersedia menceritakan kisah petualangan mereka yang mendebarkan yang diawali oleh rasa ingin tahu mereka.

Jadi, Digory, Polly, bagaimana kisah kalian berawal?
Digory: Semua berawal ketika kami memutuskan untuk menjelajahi semacam terowongan di atap tempat tinggal Polly.
Polly: Kami penasaran dengan rumah kosong di sebelah rumahku. Sebenarnya ada apa di sana.
Digory: Tapi ternyata kami salah.
Polly: Ya, kami masuk ke pintu yang salah.
Digory: Pintu yang kami buka bukan pintu yang mengarah ke rumah kosong, melainkan ke ruang kerja Paman Andrew, pamanku, yang tak pernah boleh kumasuki.

Paman Andrew ini...
Digory: Dia mengaku sebagai penyihir.

Jadi kamu yang keponakan penyihir? :O Lalu apa yang kalian temukan di sana? Kalian memergokinya sedang melakukan sihir?
Polly: Kami awalnya mengira ruangan itu kosong, tapi saat kami hendak berbalik keluar...
Digory: Paman Andrew "menyambut" kami. Dia tampak senang tapi sekaligus tampak jahat.
Polly: Kami sempat merasa lega karena dia tampaknya tidak seburuk seperti cerita Digory.
Digory: Tapi ternyata itu hanya akal-akalan paman Andrew. Dia menjebak kami!

Menjebak kalian? Aku pernah dengar penyihir suka memakan anak-anak. Apakah mungkin dia...
Digory: Tidak. Dia tak ingin memakan kami. Dia bukan jenis penyihir seperti itu. Dia punya cincin...
Polly: Cincin yang indah, kalau kita tak tahu apa kegunaannya.
Digory: ... Cincin yang bisa membuat pemakainya pergi ke dunia lain.

Dan setelah kalian memakai cincin itu... petualangan kalian dimulai, benar kan?
Digory dan Polly: [mengangguk]

[Mendekatkan kepala, bicara dalam suara rendah] Aku dengar kalian yang membangkitkan Jadis dari kutukannya, apakah itu benar?
Digory: Sebenarnya itu hanya aku. Polly sempat mencegahku, tapi aku tetap membunyikan bel, bel yang bisa digunakan untuk membangunkan Jadis, dan... Salah satu hal yang kusesali. Gara-gara bel itu juga aku menyakiti Polly.

Apakah saat itu kalian sudah ada di Narnia?
Digory: Tidak. Belum.
Polly: Narnia saat itu bahkan belum tercipta.

Belum tercipta? Tapi kalau begitu... Itu artinya... Jadis bukan dari Narnia?
Polly: Bukan. Dia berasal dari tempat yang... Sekarat.
Digory: Apakah anda tahu Aslan?

Ya. Sang Singa agung yang bisa bicara. Kenapa?
Digory: Dialah yang—
Polly: Digory, jangan memberitahu, Mr. Ismarianto. Nanti akan mengurangi nafsu makannya (baca: rasa penasarannnya) akan buku autobiografi kita.

Hahah, tampaknya aku bisa menebaknya. Lalu, bagaimana Narnia di saat awal kebangkitannya?
Polly: Sangat indah.
Digory: Dunia yang tak akan pernah kami lupakan selamanya. Tapi gara-gara aku, kejahatan memasukinya. Padahal belum ada dua puluh empat jam dunia itu tercipta.

Omong-omong, kalau dunia itu indah, kenapa kalian tidak tinggal di sana?
Polly: Kami punya keluarga yang, menyayangi kami, yang tak mungkin kami tinggalkan.

Ah, ya, tentu saja. Tapi tentu saja kalian bisa kembali ke sana lagi. Cincin-cincin itu—
Polly: Soal itu...

Apakah cincin itu rusak, kehilangan keajaibannya? Atau hilang? Atau hal lainnya?
Digory: Tidak. Katakanlah cincin itu yang membuka pintu pertama ke Narnia untuk kisah-kisah yang akan terjadi di dunia yang ajaib itu di lain waktu.

Aku menduga, kisah-kisah yang akan terjadi itu akan jadi kisah yang fantastis! Satu pertanyaan terakhir, apakah kalian masih bisa kembali ke sana setelah itu?
Polly dan Digory: [bertukar pandang] Kenapa anda tidak mencari tahunya sendiri? ;)

Keingintahuan. Membawa Polly dan Digory menemukan Jadis dan membebaskannya dari kutukan. Tak bisa dipungkiri kalau terkadang keingintahuan berujung pada hal yang buruk. Tapi mereka juga menemukan Narnia. Tanah yang indah di mana hewan-hewan bisa bicara. Di mana kedamaian terasa di dalam tiap molekul udaranya bagi mereka yang berhati mulia. Coba bayangkan kalau Polly dan Digory tak penasaran dan haus akan petualangan, atau bayangkan mereka terlalu takut menjelajahi terowongan di atap rumah Polly, apakah mereka akan tetap menemukan penemuan terbesar dalam hidup mereka? Meski takut, mereka tetap maju. Bahkan dua jempol pun tak cukup untuk menilai keberanian mereka. Rasa takut memang bukan untuk dinikmati, tapi untuk dihadapi.

Saya F.J. Ismarianto dan inilah Story Eater Tales.

P.S.
[1] Beberapa adegan di lembar-lembar awal, entah kenapa, mengingatkanku pada The Secret Garden dan A Little Princess karya Frances Hodgon Burnett.

[2] Bagi yang suka Digory, kalian akan bertemu lagi dengannya di buku sekuelnya: The Lion, The Witch, and The Wardrobe. Tapi kalian harus paham dia hanya seorang cameo.

[3] Meski menjelaskan awal terbentuknya Narnia dan asal Jadis, Magician's Nephew ini belum menjawab banyak hal.

[4] Film adaptasi The Magician's Nephew rencananya bakal rilis tahun depan. Aku harap sih bisa seseru film adaptasi Prince Caspian, yang menurutku filmnya jauh lebih keren dari bukunya yang terasa sedikit datar. Apalagi The Magician's Nephew ini sudah terasa seperti bacaan "semua umur" dibandingkan dengan The Lion, The Witch and The Wardrobe yang terasa kental sebagai "buku anak-anak."

Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
| |

0 comments:

Posting Komentar

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!