Do Androids Dream of Electric Sheep? [Philip K. Dick]

Do Androids Dream of Electric Sheep?


0b39b495735d8742038ff0f216ba52e4_dadoes
Penulis: Philip K. Dick
Tebal: 244 halaman
Stew Score: Sweet!

Icip-icip Do Androids Dream of Electric Sheep?

Perang nuklir telah membunuh jutaan makhluk hidup yang berdampak pada beberapa spesies hewan berada di ambang kepunahan–beberapa hewan malah dipercaya telah punah dari muka bumi, dan kebanyakan manusia pergi meninggalkan planet bumi.

Manusia yang tersisa sangat menghargai semua bentuk kehidupan yang tersisa di bumi, menjadikan hewan-hewan sebagai simbol status seseorang/keluarga di dalam bermasyarakat.

Karena sulitnya menemukan hewan, karena semua orang percaya hampir semua species hewan telah punah, maka dari itu kemudian muncul banyak perusahaan yang menawarkan dan menjual tiruan dari makhluk hidup, yang digerakkan oleh listrik: Kuda, burung, domba, kambing, burung, lalat… Bahkan manusia.

Khusus untuk tiruan manusia (android/humanoid), ada beberapa hukum yang kemudian (tampaknya) menempatkan mereka sebagai warga kelas dua. Dimana untuk bisa hidup dan berada di tengah-tengah masyarakat mereka harus punya licensi atau ijin dari sebuah instansi.

Dan gara-gara tiruan manusia itu, muncul banyak tes dan diciptakan alat yang disebut empathy box untuk mengetahui dan membedakan apakah kamu manusia atau bukan.

Rick Deckard, seorang bounty hunter dari departemen kepolisian, ditugaskan atasannya untuk menangkapi androids (pintar) pelarian dari Mars–menggantikan rekannya.
John R. Isidore, seorang laki-laki kesepian berhati lembut yang tinggal di sebuah apartemen yang ditinggalkan semua penghuninya, tiba-tiba saja bertemu dengan seorang android wanita–salah satu android dalam daftar android yang mesti ditangkap oleh Rick. John berharap dia bisa menjadi teman android wanita itu.
Apakah Rick Deckard berhasil menangkap (dan menghabisi) semua android buruannya? Apakah John Isidore melaporkan android wanita yang tiba-tiba muncul di hadapannya atau malah membantunya menyembunyikannya?

Citarasa Do Androids Dream of Electric Sheep?

Phew, judul yang panjang banget ya? Saat melihat judulnya terselip di daftar 1001 books You Must Read Before You Die versi Listology.com aku langsung merasa tertarik untuk menjadikannya bacaan bareng bulan Agustus ini. Selain karena judulnya bikin penasaran [Manusia saja (dipercaya di belahan bumi yang lain) kalau tidur memimpikan domba, jadi apakah android yang setengah robot akan memimpikan domba listrik?], aku ingin membaca buku dari genre yang paling aku sukai: Fantasy/Science fiction. Dan judulnya itu, dimana kata Androids berdampingan dengan Electric Sheep, terlihat menjanjikan “kenyamanan membaca” bagiku.
Apakah benar menjanjikan?
Awal-awalnya aku tidak berpikir apa-apa. Apalagi aku tidak membaca sinopsisnya sebelum mulai baca Do Androids Dream of Electric Sheep? Aku baru baca sinopsisnya ketika bacaanku mencapai 20-an persen. Saat itu aku tidak mengerti apa yang hendak disajikan oleh Opa Dick. Meski tahun yang menjadi settingnya adalah satu hari dalam tahun 1992, bumi saat itu sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Mobil sudah terbang (tempat parkirnya ada di atap rumah), telepon sudah menggunakan video call (semua panggilan telepon di “Do Androids Dream of Electric Sheep?” Menggunakan video call), terus adanya mood organ (awalnya aku bingung ini apa, apakah organ di dalam tubuh atau sebuah peralatan? Ternyata itu peralatan yang sangat unik) dan empathy box (ini juga alat yang unik), dan tentu saja, adanya android dan hewan elektrik yang menjadi pusat utama penggerak plot dan menjadi rangka utama dalam pembangunan dunia di dalamnya.
Do Androids Dream of Electrics Sheep? diawali dengan adegan Rick dan Iran Deckard bangun pagi. Ada… Semacam debat pagi hari itu. Yang menarik dari pagi itu adalah, mood organ (tentu saja), pekerjaan Rick sebagai bounty hunter (agak aneh menemukan pekerjaan itu ada di salah satu departemen kepolisian) dan Iran yang men-jadwalkan dirinya menekuri depresi selama enam jam (aku juga agak kaget saat tahu, maksudku, ada gitu ya orang yang melakukan hal semacam itu?).
Dunianya sendiri mengambil setting yang unik. Bumi setelah perang nuklir yang kemudian berimbas pada keberlangsungan hidup manusia dan hewan. Gara-gara debunya, banyak hewan mengalami kepunahan dan banyak dari manusia meninggalkan rumahnya. Hewan (asli) bernilai layaknya permata. Hewan-hewan (asli dan elektrik) menjadi status sosial bagi pemiliknya. Manusia-manusia di dalamnya selalu ingin tahu dan terpesona dengan hewan asli. Bahkan lalat sekali pun.
Mars juga disebut-sebut dalam buku ini dan menjadi salah satu planet koloni yang telah bisa dihuni. Namun planet itu hanya disebut dalam perbincangan saja karena menjadi tempat asal darimana android-android yang dikejar-kejar Rick Deckard melarikan diri.

Yang membuatku tercengang di novel berjudul panjang ini: Do Androids Dream of Electric Sheep? adalah…
a) Rick bercinta dengan seorang female-android. Aku tidak merasa terganggu dengan adegan senggama, tapi… Mereka baru kenal sekitar kurang lebih 24 jam saja kok ya bisa gitu saling jatuh cinta terus membuat ranjang berderik?
b) seorang android, mendapat dorongan dari teman androidnya, memotong-motong empat kaki laba-laba (asli, bukan elektrik) hanya untuk ingin tahu apakah laba-laba itu masih bisa jalan. Sejujurnya, aku takut pada laba-laba. Tapi membaca empat kakinya dipotong bukannya membuatku lega tapi malah… Maksudku, dia binatang asli lho, bukan imitasi dan bisa jadi itu laba-laba terakhir di dunia. Kenapa malah dimutilasi?
Ada pengalaman menarik sehubungan dengan buku ini. Aku jadi tahu bahwa Opa Dick ini juga yang menulis beberapa karya yang film adaptasinya telah memukauku: Paycheck, Minority Report, dan Total Recall (yang sudah dibikin dua kali). Dan denger-denger, Do Androids Dream of Electric Sheep? ini ditulis oleh Opa Dick terinspirasi dari film Blade Runner.
Ada kesamaan pola dalam kisah-kisah diatas, krisis identitas dan melibatkan otak: Otak yang dicuci (dihapus memorinya), memasukkan kenangan baru guna menciptakan individu baru, mengelabuhi otak agar yang hendak menangkap berpikir dia sama dengan yang hendak ditangkap.
Apakah buku ini cocok berada dalam daftar 1001 Books You Must Read Before You Die?
Awalnya menurutku tidak. Sebab kebanyakan isinya, well, agak susah kucerna. Alisku terus-terusan naik, benakku mempertanyakan “kenapa aku (seorang penikmat buku) harus makan ini?” dan “apa isi makanan (baca: inti cerita) ini?”
Kemudian muncul adegan yang “nancap” banget di hatiku dan sangat sulit buat dilupakan. Saat Rick dan rekannya sesama bounty hunter menangkap android yang berbakat dalam tarik suara. Maksudku, android itu salah apa coba hingga pantas… Well, ditukar dengan uang? Dari sinilah kemudian Rick terserang krisis identitas dan mulai mempertanyakan “what is human?” dan “apa yang membedakan manusia dengan android?”
Dan setelah berpusing-pusing ria, di gigitan-gigitan akhir Do Androids Dream of Electric Sheep? Mulutku kontan menggumamkan, “Ooohhhh.” Aku menemukan semua jawaban dari pertanyaan-pertanyaanku.
Aku bersyukur aku bisa tahan dan tidak menskip bacaannya. Meski tidak sampai merinding (kurangnya emosi?), buku ini membuatku merenung.
Untuk mengimbangi kecepatan plot yang terjadi di bagian Rick, Opa Dick menambahkan kehidupan John R. Isidore yang kesepian. J.R. Isidore ini lebih mudah disukai pembaca karena dia… Punya hati yang baik–dia suka menolong, bahkan menolong kucing elektrik yang kehabisan daya. Hanya saja, dia sangat pemalu yang jatuhnya jadi pengecut.
Bahasanya juga bagus, menurutku (misalnya saja ada kalimat “winter had come” untuk menggambarkan nasib buruk), meski aku harus berulang-ulang buka kamus karena banyak kosakata yang baru pertama kali aku baca dan tahu.
Jadi ya, meski buku ini “melelahkan” tapi, DADoES, menurutku, cocok berada dalam daftar versi Listology.com itu.
Berani mencicipinya? Siapa tahu dengan membacanya kalian tahu, kalian ini android atau manusia? :-P
Btw, aku pengen banget punya alat dari novel ini yang disebut mood organ. Keren gila alat itu, bisa memanipulasi mood kita! Ketika kita badmood, ketika kita diserang (dan ingin “menikmati”) depresi, ketika kita merasa dunia seakan hendak runtuh… Alat itu, dengan menekan beberapa tombol, bisa memberikan rasa nyaman tak terhingga pada diri kita. Mungkinkah suatu hari nanti alat itu akan diproduksi? Aku rasa hal itu mungkin saja (tanya sendiri, dijawab sendiri juga :mrgreen: )


0 comments:

Posting Komentar

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!