Prada and Prejudice

Icip-icip Prada and Prejudice

Sepasang sepatu bagus akan membawamu ke tempat yang tak pernah kaupikirkan sebelumnya!
Callie percaya bahwa sepasang sepatu, bagus dan mahal, Prada akan menjadi kuncinya untuk menaklukkan London, membuatnya populer dan mendapatkan respek serta pengakuan dari teman-temannya. Benarkah begitu?

Belum sempat Callie menunjukkan sepatu barunya, dia tersandung di depan toko tempatnya membeli sepatu Prada dan terlempar ke tahun 1815!

Bayangkan cewek abad 21 bertemu dengan orang-orang dari abad ke 19? Pakaian yang digunakan saja sudah berbeda. Apalagi kebiasaan.

Untungnya ada Emily, yang menerimanya dengan penuh keramahan. Tetapi Callie juga harus berhadapan dengan Alex, sepupu Emily, sang Duke muda yang tampan namun pongah, menyebalkan, dan tampak sangat membencinya.

Ditengah kekalutannya di dunia yang sama sekali asing baginya, Callie harus menyelamatkan Emily dari perjodohan paksa, juga memendam perasaannya pada Alex yang meski angkuh tapi sanggup membuatnya jatuh cinta.

Mampukah Callie menyelamatkan Emily? Lalu bagaimana bila seandainya Alex membalas cintanya, akankah dia akan memilih untuk tetap tinggal di tahun 1815 atau kembali ke abad 21?

Sehabis aku memakan Prada and Prejudice

Sebenarnya, ada cerita unik dibalik pembelian buku ini. Aku membeli buku ini di tokonya mbak Fanda, Vixxio. Awalnya aku mengira buku Prada and Prejudice ini adalah buku Pride and Prejudice-nya Jane Austen yang melegenda itu. Salahku sih, secara aku kurang teliti membaca judulnya (terpaut satu huruf doang!). Juga belum membaca sinopsis yang tertulis. Aku nggak melihat covernya. Kan sekarang banyak novel abad-abad sebelum abad 21 bermunculan dengan “baju” baru. Jadi aku kira ya… Semacam itulah, hahah.

Kecewa? Hanya di awal. Sebelum aku terhanyut dalam kisah Callie yang seperti dongeng itu.

Aku rasa Mandy mengumpulkan banyak data untuk menulis Prada and Prejudice. Seperti apa sopan-santun orang di jaman 1815. Seperti apa cara berpakaian orang di jaman itu. Seperti apa transportasi, bentuk rumah, bentuk jalan, hingga sistem tatanan sosial di abad 19 di Inggris.

Covernya menurutku standar saja. Tapi gambar-gambar di dalam bukunya menurutku anti-biasa. Gambar sederhana tapi artistik. Sulur-sulur yang muncul dari salah satu sisi tiap bab baru dan gambar kaki terpeleset (sama sepeti di cover) yang di pojok kanan atau kiri di setiap halaman.

Bagi yang suka kisah yang berakhir dengan happy ending, kalian bakal suka dengan Prada and Prejudice. Bagi yang suka sad ending, bacaan ini sangat menginspirasi jadi sayang untuk dilewatkan, karena aku sendiri harus mengeluarkan 5 mangkuk semur untuk buku karya Mandy Hubbard ini.

Oh iya, ada satu hal yang sedikit mengganggu. Di bab terakhir ada kata “eklektik” apa kira-kira artinya? Ada yang tahu?

Judul: Prada and Prejudice
Penulis: Mandy Hubbard
Penerbit: Atria
Cetakan: Oktober, 2010
Tebal: 314 halaman
Stew score: 5 of 5 bowls

0 comments:

Posting Komentar

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!