City of Glass by Cassandra Clare

Icip-icip City of Glass

Untuk menyelamatkan ibunya–Jocelyn, Clary harus pergi ke Kota Kaca, satu-satunya kota di Idris, kota leluhur Pemburu Bayangan. Tapi dia terlambat datang. Portal menuju Idris yang dibuat oleh Magnus telah tertutup. Bila portal tertutup bagaimana nasib ibunya nanti?

Clary mencoba membuat portal menuju Idris. Dan dia berhasil. Dia bisa memasuki Kota Kaca. Tapi tanpa persetujuan dari Kunci, para petinggi, itu sama artinya dengan Clary melanggar hukum dan pantas dihukum mati.

Sementara Clary bermain kucing-kucingan, Simon–teman Clary yang berubah menjadi vampir, dijebloskan ke penjara bawah tanah karena menolak untuk mengkambinghitamkan keluarga Lightwood.

Terjadi pertengkaran antara Jace dan Clary. Semenjak tahu mereka kakak-beradik, hubungan mereka jadi rumit. Jace tak mau membantu dan malah mengusir Clary. Sebastian yang misterius menawarkan diri membantunya mengungkap rahasia keluarganya.

Seolah belum cukup, Valentine berencana memanggil malaikat dan semua iblis. Dia tak ragu membinasakan ras Pemburu Bayangan bila mereka tidak tunduk padanya. Satu-satunya harapan untuk melawannya adalah para Pemburu Bayangan harus bekerja sama dengan musuh bebuyutannya, para Penghuni Dunia Bawah.

Sanggupkah Clary menyelamatkan ibunya? Bagaimana kelanjutan kisah asmara antara Clary dan Jace? Apakah Clary akan berpaling pada Sebastian yang tampan dan misterius? Apakah para Pemburu Bayangan akan menerima usulan Luke agar bergabung dengan para Penghuni Dunia Bawah? Apa pula kira-kira peran Clary dalam peperangan melawan Valentine yang merupakan ayah kandungnya?

Setelah aku memakan City of Glass

Sebelum masuk ke review, saya ingin mengucapkan terimakasihku sebesar-besarnya pada @waspadaonline dan pak @Aviantumengkol yang memilih tweet-tweet saya sebagai juara favorit lomba twitter dalam rangka ulangtahun Waspada Online. Karena kemenangan itulah saya (akhirnya) bisa membaca serial yang lumayan booming dan sering dibicarakan orang ini.
Aku sendiri cukup penasaran dengan kisah ini. Meski tidak selama trilogi The Hunger Games, buku-buku The Mortal Instruments bertengger lama dalam buku paling sering dibaca dalam seminggu di Amerika versi goodreads. Apalagi kepiawaian Cassadra Clare selaku penulisnya bisa membuat prekuel dari kisah Pemburu Bayangan ini ( serial Infernal Device).

Entah kenapa, membaca City of Glass dari awal hingga kalimat terakhir kurang bisa membuatku ikut merasa terhanyut. Jangan salah paham dulu. Kisahnya bagus. Bercampurnya banyak makhluk legenda ini kuartikan sebagai bentuk “sindiran” akan toleransi antar manusia yang kini renggang. Dan aku yakin, The Mortal Instruments akan jadi film yang hebat ketika diangkat ke layar lebar.

Aku tak bisa simpati pada karakter utama. Malah aku “jatuh cinta” setengah mati pada Sebastian dan Isabelle (Izzy) yang memiliki karakter yang kuat.

Beberapa typo masih bisa ditemukan di sepanjang buku City of Glass. Tata letak paragraf yang terkesan “tak seragam” juga terkesan mengganggu. Tapi aku suka covernya. Warna perak di sisi bagian dalam, entah kenapa menurutku, enak dipandang.

Dan menurutku, tanpa membaca seri pertama dan kedua (City of Bones dan City of Ashes) hanya dengan membaca buku ke-3, City of Glass, para pembaca akan bisa mengikuti (di bab-bab awal mungkin tidak) dongeng Pemburu Bayangan ini. Karena apa yang ada di buku 1 dan buku 2, banyak dibahas di buku 3, tidak hanya sekedar rangkuman singkat.

Kisah yang hebat, menawan, penuh imajinasi: City of Glass membuatku harus “melepas” tiga mangkuk semur.

Judul: City of Glass
Penulis: Cassandra Clare
Penerbit: Ufukpres
Tebal: 752 halaman
Cetakan: November, 2010
Stew Score: 3 of 5 bowls

0 comments:

Posting Komentar

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!