Artemis Fowl

sekilas mengenai Artemis Fowl

“Mundur, Manusia. Kau tidak mengetahui dengan siapa kau berhadapan,” kata seorang petugas peri pada Artemis Fowl.Kalimat itu juga ditemui di sinopsis (cover belakang) buku tersebut, namun ditulis dalam bahasa Inggris.



Artemis Fowl masih berusia 12 tahun saat mencoba menjadi “penjahat” di dunia peri. Karena kondisi keluarganya yang sulit–ayahnya yang hilang entah dimana, dan ibu yang mendadak kurang waras karena suaminya menghilang, juga kondisi keuangan yang bisa dibilang kurang baik. Artemis tidaklah seperti orang kebanyakan yang menganggap dongeng hanya cerita pengantar sebelum tidur. Dia percaya mereka benar-benar ada dan percaya bahwa emas peri disembunyikan di ujung pelangi. Alih-alih merampok bank ato berurusan dengan manusia, Artemis memutuskan untuk masuk ke dunia peri dan menyandera salah satu dari mereka.

Namun, peri-peri yang dijumpainya tidaklah seperti di dongeng-dongeng yang digambarkan membawa tongkat sihir dan ramah. Peri-peri ini memiliki senjata. Dan mau melakukan apa saja–termasuk membunuh–untuk menyelematkan teman mereka yang ditawan Artemis.

Meski Artemis Fowl kalah jumlah, dia hanya 3 orang–bersama dua pengawalnya, kejeniusannya selalu membuatnya dua langkah di depan dari para peri. Bahkan secara tersirat–dan pintar, Artemis Fowl mengakali para peri agar menampilakan senjata canggih milik peri, bom biologi untuk “membunuhnya”. Bom biologi adalah bom yang hanya membunuh manusia dan hewan tapi tidak berakibat fatal pada tetumbuhan dan alam. Kira-kira apa rencana Artemis yang bisa membuatnya lolos dari bom biologi? Aku rasa kalian harus membacanya sendiri.

Story Eaters
Jujur, waktu awal-awal membaca buku pertama dari serial Artemis Fowl ini aku merasa bosan. Terlalu banyak deskripsi. Terlalu banyak detail. Membuatnya jadi “kegemukan”. Bagus, tapi pembaca seolah didoktrin dan tidak bebas mengeksplore imajinasinya sendiri.

Novel ini mulai menunjukkan ketegangan saat memasuki lembar diatas 100. Dari mulai Artemis mengakali kapten pimpinan para peri, cara menangkal agar Kapten Holy dengan kemauannya sendiri tidak berusaha kabur dari kamar tawanannya. Hingga pertempuran antara dua kaum berbeda tersebut!

Overall, novel yang aku beri rating 3 dari 5 ini memiliki akhir yang tak terduga dan pesan moral. Juga sindiran-sindiran Mr Colfer pada ulah manusia tak bertanggung jawab melalui tokoh-tokoh perinya. untungnya sih aku alien, jadi aku nggak merasa tersindir–serius, hahaha.

info tambahan
Aku kurang begitu tahu berapa serinya–tapi menurut kabarnya sih ada sekitar 7 buku (sama seperti Harry Potter dan The Cronicles of Narnia). Gramedia, sebagai pihak yang menerbitkan buku-buku Eoin Colfer tersebut, sudah menerbitkan empat seri petualangan Artemis Fowl, bocah jenius musuh para peri tersebut.

Judul : Artemis Fowl
Penulis : Eoin Colfer
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 336 halaman

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!